GEMPA berkekuatan magnitudo 7, 1 di Jepang, Sabtu (13/2/2021) pukul 23.08 waktu setempat tidak menimbulkan tsunami dan bangunan dilaporkan hanya rusak ringan serta tak ada korban jiwa.
Hingga Minggu (14/2/2021), sekitar 146 orang luka-luka serta 950.000 rumah mengalami pemadaman aliran listrik.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dalam rilisnya juga mengungkapkan belum ada laporan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang jadi korban akibat gempa yang berpusat pada 60 km di bawah permukaan laut di Fukushima itu.
“KBRI Tokyo telah menjangkau simpul- simpul masyarakat dan sejauh ini tidak terdapat laporan WNI yang menjadi korban. KBRI Tokyo akan terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat dimaksud,” tulis Kemlu.
Berdasarkan data Imigrasi Jepang per Juni 2020, total WNI di Jepang 66.084 WNI. Pada wilayah paling terdampak, yaitu Fukushima: 540 WNI dan Miyagi: 984 WNI.
Menurut Badan Meteorologi Jepang, gempa Sabtu malam itu melanda wilayah Tohoku, 220 km sebelah utara Tokyo.
Gempa tersebut terjadi kurang dari sebulan sebelum peringatan 10 tahun gempa bumi dan tsunami tahun 2011 yang menyebabkan kerusakan pada tiga unit nuklir PLTN Fukushima Dai-ichi dan menimbulkan korban jiwa sekitar 19.000 orang tewas dan hilang.
Menurut NHK, jalur kereta cepat Shinkansen Tohoku akan membutuhkan 10 hari untuk melanjutkan layanan penuhnya.
East Nippon Expressway Co mengatakan telah menutup jalur yang menghubungkan Fukushima dan Miyagi karena tanah longsor. “Media lokal melaporkan tidak ada korban luka akibat longsor itu,” kutip Bangkok Post.
Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan bahwa Gempa Fukushima itu merupakan rangkaian gempa susulan (aftershocks) dari gempa utama 11 Maret 2011 yang memicu tsunami dahsyat.
Gempa ini ibarat menuntaskan urusan yang belum selesai secara keseluruhan saat peristiwa gempa besar pada tahun 2011 pada zona megathrust.
“Gempa besar ini mendapat julukan “gempa ulang tahun ke 10” peristiwa gempa dengan magnitudo 9,0 yang memicu tsunami dahsyat dan menelan korban jiwa lebih dari 18.000 orang meninggal pada 11 Maret 2011,” ungkapnya.
Meskipun gempa ini berpusat di laut, tetapi karena kedalaman hiposenternya mendekati intermediate (menengah), yaitu sekitar 54 km, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Karena magnitudo gempa yang cukup besar dengan hiposenternya yang relatif “dalam” menyebabkan spektrum guncangan kuat yang ditimbulkan melanda wilayah yang luas mencapai Kota Tokyo.
“Cukup menakjubkan, dampak gempa magnitudo 7,1 ini hanya menimbulkan kerusakan ringan, karena seluruh bangunan di Jepang saat ini sudah didesain sesuai aturan bangunan tahan gempa yang diberlakukan oleh pemerintah,” jelas Daryono dalam tweet-nya, Minggu (14/2/2021).
Selain menimbulkan kerusakan ringan dan listrik padam, gempa ini memicu longsoran. “Patut disyukuri, tidak ada korban meninggal dalam peristiwa gempa besar ini,” imbuhnya.
(jpc)