RADARBANDUNG.id – UTANG luar negeri (ULN) Indonesia semakin menumpuk. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa nominalnya mencapai USD 417,5 miliar atau sekitar Rp 5.845 triliun pada kuartal IV tahun lalu.
Jumlah tersebut naik 3,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menuturkan bahwa ULN sektor publik, mencakup pemerintah dan bank sentral, mencapai USD 209,2 miliar. Itu setara Rp 2.911 triliun.
Angka tersebut tumbuh sekitar 3,3 persen year-on-year (YoY) ketimbang kuartal sebelumnya.
Pemicu utang adalah aliran modal asing pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman luar negeri.
“Untuk penanganan pandemi Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas,” ungkap Erwin.
Pada sisi lain, ULN swasta hanya berkisar 3,8 persen YoY. Itu termasuk utang badan usaha milik negara (BUMN). Angka tersebut lebih kecil jika dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 6,2 persen YoY.
Kendati demikian, Erwin menegaskan bahwa ULN Indonesia tetap sehat. Itu tecermin pada rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) yang terjaga pada kisaran 39,4 persen.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menegaskan bahwa kenaikan ULN pemerintah perlu diwaspadai.
Baca Juga:
- Pertama Kali dalam Sejarah, RI Terbitkan Surat Utang Tenor 50 Tahun
- Heboh ‘Raja’ Baru King of The King, Klaim Mampu Lunasi Utang Negara
Sebab, pemerintah perlu mengantisipasi pelebaran defisit.
Menurut Bhima, salah satu indikator kesehatan utang adalah debt to service ratio alias DSR. Ada kekhawatiran DSR tier 2 yang mencapai 54,3 persen menjadi lampu kuning.
Artinya, kemampuan membayar utang luar negeri berkurang karena tidak seimbang dengan penerimaan valas.
“Salah satu cara untuk menurunkan tingkat DSR adalah mengendalikan ULN atau memperbesar kinerja ekspor dan aktivitas untuk menarik valas lainnya,” tandas alumnus University of Bradford itu.
(jpc)