News

Aktif Membantu Sesama Pelakunya Usaha Kecil, Tuti Dapatkan 100 Gram Emas

Radar Bandung - 29/05/2021, 17:31 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Tuti Nurbaeti (54) sukses mengembangkan usaha bahan makanan pokok sekaligus membantu pedagang kecil. Hal tersebut membuat dia mendapat apresiasi 100 gram emas murni.

Apresiasi itu didapatkan melalui keikutsertaannya dalam Kampanye Pesta Hadiah Emas (PEDAS) #SabarItuEmas pada Maret lalu dari Mi ABC Selera Pedas.

Semula, Tuti membuka kios kecil pada tahun 2001 dengan niat awal untuk membantu perekonomian keluarganya. Lewat lapak dagang kayu berluas 3×3 meter di daerah Cibeunying, Bandung, Tuti berhasil mengentaskan putra pertamanya lulus universitas, dan mengantar putri bungsunya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.

Tak hanya berdampak positif untuk keluarga, melalui tokonya, Tuti turut membantu puluhan penjual nasi goreng keliling untuk bertahan hidup dan meneruskan usaha. Sebagian hadiah emas pun diberikan kepada para pelanggannya, yakni para penjual nasgor keliling, sebagai bingkisan THR Idul Fitri.

Hampir 20 tahun yang lalu, Tuti memutuskan untuk berdagang setelah sang suami harus berhenti dari pekerjaannya sebagai konsultan pengukur jalan di sebuah perusahaan swasta.

Dengan mencairkan dana Rp 3 juta yang telah lama ditabungnya, Tuti mendapatkan lokasi toko tak jauh dari area kamar petak kontrakan di Sukapada, Kecamatan Cibeunying, Bandung.

Mendapati para penyewa kontrakan mayoritas merupakan penjual nasi goreng keliling, dari mulanya menyediakan kebutuhan sehari-hari, Tuti mengalihkan fokus dagangan menjadi bahan baku pangan, seperti beras, minyak goreng, telur sampai mi telur. Suami Tuti pun melihat peluang dengan mengelola usaha suplai elpiji tabung bagi para penjual tersebut.

Hadirnya toko memudahkan para penjual nasi goreng keliling di sekitar lokasi untuk meneruskan usaha mereka. Apalagi sebagian besar merupakan perantau dari luar Bandung yang harus bertahan mencari nafkah di kota besar.

Tak jarang, para penjual nasi goreng keliling di sekitar toko Tuti mengalami kesulitan berbelanja bahan baku karena ketiadaan modal. Tuti pun dengan ikhlas memberikan piutang bahan, bahkan terkadang pinjaman uang, agar mereka bisa lanjut berjualan.

Alasannya, ia merasakan kondisi penuh keterbatasan. Terlebih di tengah pandemi seperti saat ini, dagangan para penjual nasi goreng keliling itu seringkali tak habis atau tak laku.

“Saya memulai berdagang dari anak bungsu belum genap berusia setahun, masih di gendongan. Sekarang, ia sudah kuliah tingkat pertama, dan saya tidak terpikir untuk menutup toko,” ucap dia.

“Dari lapak kecil ini, keluarga saya bisa hidup. Bahkan, saya dan suami bersyukur sekali sudah bisa menguliahkan dua anak pertama kami sehingga mereka mampu mandiri,” Tuti melanjutkan.

Tantangan pandemi juga dirasakan Tuti dan suami. Biasanya omzetnya berdagang mencapai jutaan rupiah per bulan, tetapi kini hanya berkisar Rp 300.000 hingga Rp 1.000.000.