RADARBANDUNG.com, BANDUNG – Pembelajaran yang terintegrasi dengan perangkat teknologi digital atau dalam jaringan (daring) akan menjadi ciri khas sistem belajar masa depan. Di masa pandemi ini, banyak yang menawarkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai media ajar.
Namun, tidak banyak yang mengintegrasikan teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik. Hal ini dikatakan Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti.
Menurutnya, sejak awal bahkan sebelum pandemi, Sekolah Murid Merdeka (SMM) sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning, yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran daring (dalam jaringan) dan pembelajaran luring (luar jaringan) atau tatap muka langsung.
“Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung,” ucapnya, Sabtu (5/6/2021).
Kata Laksmi, belajar daring bisa sangat engaging, menyenangkan dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas dari tenaga pengajar. Semua pengajar Sekolah Murid Merdeka harus mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya.
“SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan dan konteks belajar yang berbeda. Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak,” jelasnya.
Dia mengatakan, keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya.
Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak atau berpihak pada anak.
“SMM berdiri untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” ujar Laksmi.
Baca Juga: 319 Sekolah di Kota Bandung Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Mengenai kurikulum yang dipakai, Laksmi menjelaskan, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar-mengajar menggunakan banyak pendekatan dan inovasi.
“Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” kata dia.
Baca Juga: 7-18 Juni Pemkot Bandung Uji Coba Sekolah Tatap Muka
Meskipun begitu, Laksmi juga berharap pembelajaran tatap muka secara langsung sudah bisa berlangsung pada tahun ajaran baru mendatang.
“Kami siap seandainya pelaksanaan belajar sudah diperbolehkan dengan tatap muka langsung, tentunya dengan pendekatan belajar yang tak kalah seru dan menyenangkan,” tandasnya.
(arh)