RADARBANDUNG.id – BEBERAPA negara yang sudah menggunakan vaksin Sinovac dan Sinopharm justru melaporkan lagi lonjakan kasus Covid-19.
Selain karena beredarnya varian Delta, lonjakan kasus dipertanyakan dan dikaitkan dengan kemanjuran vaksin Sinovac dan Sinopharm.
Pada sejumlah negara yang menggunakan Sinovac dan Sinopharm seperti Indonesia, Mongolia, Seychelles, melaporkan lonjakan kasus yang cukup tinggi.
Di Mongolia, rumah sakit kewalahan. Di kepulauan kecil Seychelles, lebih dari 100 kasus baru dilaporkan setiap hari. Dan di Cile, penguncian nasional dicabut minggu ini tetapi negara itu masih melaporkan ribuan kasus harian. Begitu pula di Indonesia.
Beberapa negara bahkan telah menginokulasi lebih dari 50 persen populasi mereka, sebagian besar dengan vaksin asal Tiongkok. Dan itu menimbulkan pertanyaan tentang kemanjuran vaksin.
Jika vaksin Tiongkok tidak manjur, maka reputasi negara Tiongkok dipertanyakan. Ketika negara-negara Barat menimbun pasokan untuk populasi mereka sendiri, Tiongkok mengirim vaksin ke luar negeri.
Vaksin Sinovac dan Sinopharm
Kementerian luar negeri Tiongkok mengumumkan negara itu telah mengirimkan lebih dari 350 juta dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 80 negara.
Para ahli menegaskan untuk mengukur keberhasilan vaksin, kata mereka, adalah vaksin mampu mencegah kematian dan rawat inap, bukan bertujuan untuk nol Covid-19.
Tiongkok memiliki dua vaksin yang disahkan untuk penggunaan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Sinopharm dan Sinovac.
Keduanya menggunakan virus yang tidak aktif. Pfizer dan Moderna, sebaliknya, menggunakan teknologi baru yang disebut mRNA.
Sejauh ini, uji coba menunjukkan Sinopharm dan Sinovac memiliki kemanjuran yang lebih rendah dibanding vaksin metode mRNA dari barat.
Dalam uji coba di Brasil, Sinovac memiliki sekitar 50 persen kemanjuran terhadap gejala Covid-19, dan efektivitas 100 persen terhadap penyakit parah, menurut data uji coba yang diserahkan ke WHO.
Kemanjuran Sinopharm untuk penyakit simtomatik dan rawat inap diperkirakan mencapai 79 persen menurut WHO.
Vaksin Pfizer dan Moderna
Sementara itu, baik Pfizer-BioNTech dan Moderna lebih dari 90 persen efektif melawan gejala Covid-19.
Studi kemanjuran global dari vaksin Johnson & Johnson menunjukkan bahwa vaksin itu 66 persen efektif melawan penyakit sedang hingga berat, 85 persen efektif melawan penyakit parah, dan 100 persen efektif mencegah kematian.
Uji coba berlangsung pada waktu yang berbeda, dan di tempat-tempat di mana varian yang berbeda beredar.
“Jika kita ingin menurunkan kasus yang parah dan jumlah kematian, Sinopharm dan Sinovac dapat membantu,” klaim profesor virologi molekuler di Universitas Hongkong Jin Dong-yan, seperti dilansir dari CNN, Senin (5/7).
Baca Juga: Vaksin Sinovac Terbukti Semakin Manjur jika Jarak Dua Dosis 21 Hari
Seorang profesor epidemiologi penyakit menular di universitas yang sama, Ben Cowling, masih yakin vaksin Tiongkok tampaknya membatasi jumlah infeksi serius dan kematian.
“Saya pikir vaksinnya pasti bekerja dan pasti menyelamatkan banyak nyawa,” katanya.
Lantas apa yang terjadi di Cile, Mongolia, dan Seychelles? Cile melaporkan ribuan kasus baru Covid-19 setiap hari.
Baca Juga: Cerita Dokter Sudah Divaksin Covid Sinovac tapi Terinfeksi Covid-19
Di sana, 55 persen populasi divaksinasi lengkap, dan di antara kelompok itu hampir 80 persen menerima Sinovac.
Tetapi menurut Kementerian Kesehatan, 73 persen kasus pada unit perawatan intensif antara 17 dan 23 Juni tidak sepenuhnya divaksinasi.