News

Perjuangan Bocah Anwar, Jual Cilor untuk Bantu Kakak yang Lumpuh

Radar Bandung - 12/07/2021, 13:51 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id, SUKABUMI – Di usianya yang baru 10 tahun Khoirul Anwar sudah terbiasa memikul beban puluhan kilo untuk berjualan cilok telor (cilor).

Bukan tanpa alasan, ia berjualan untuk membantu membiayai kakak perempuannya yang mengalami lumpuh.

Awalnya bocah kelas 3 MI Bungbulang ini hanya membantu ayahnya, Abdurohman, berjualan cilor keliling. Namun sejak 2 tahun lalu Anwar meminta untuk berjualan sendiri dengan membawa pikulan yang beratnya mencapai puluhan kilo.

Anwar sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Abdurohman dan Ai Siti Rohmah. Selama ini ia tinggal di Kampung Bungbulang, Desa Ciheulang Tonggoh, Kecamatan Cibadak, Kabupeten Sukabumi.

Belum lama ini Anggota DPR RI Dedi Mulyadi datang ke rumah Anwar. Dedi ingin melihat langsung ketangguhan Anwar dalam membantu orang tuanya membangun ekonomi keluarga.

Kepada Dedi, Anwar bercerita setiap hari jualan keliling desa dengan modal Rp 40-50 ribu. Dari modal tersebut Anwar biasanya mendapatkan untung Rp 5-10 ribu dalam satu hari.

“Uangnya ditabung di emak (ibu). Nantinya mau beli HP buat belajar sekolah, beli tas sama beli sepeda,” ujar Anwar.

Anwar mengatakan, terkadang uang tersebut tidak ditabung tapi diberikan kepada kakaknya yang lumpuh untuk jajan. “Kadang juga dikasih buat beli popok kakak,” ucap bocah yang bercita-cita menjadi polisi ini.

Saat pertemuan itu Anwar memperlihatkan keahliannya membuat cilor. Pertama bahan baku cilok yang sudah ditusuk dicelup ke adonan telur.

Kemudian cilok tersebut digoreng di minyak panas. Hingga akhirnya cilok tersebut matang dan berubah menjadi cilor.

Bahkan Anwar dengan mudahnya memikul dagangan yang beratnya lebih dari 10 kg di bahunya. Ia berjalan memikul menuju rumahnya. Di sela perjalanan Dedi sempat mencoba memikul dan diakuinya tak mudah.

“Zaman saya kecil anak-anak biasa bekerja panggul bata, pikul kayu, pikul padi. Tapi zaman sekarang sangat jarang karena anak-anak kebanyakan main gadget,” ujar Dedi Mulyadi.

Sesampainya di rumah Anwar, Dedi terkejut karena kondisinya cukup memprihatinkan. Anwar tinggal di gubug yang kondisinya sangat memprihatikan.

Anwar bersama kakak, adik, ibu dan ayahnya tidur dalam satu ruangan yang atapnya banyak kebocoran.

Dedi pun sempat menitihkan air mata saat melihat Anwar begitu perhatian dan sayang terhadap kakaknya.

“Kesederhanaan, kesusahan tidak membuat hilangnya cinta. Inilah cinta tulus hubungan kakak dan adik. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki inilah kakak adik yang bahagia. Hidup saling menyayangi, saling membesarkan, saling mencintai. Sosok adik yang berjuang untuk kebaikan dan kebutuhan kakaknya,” ucap Dedi.

Dedi mengatakan selama ini orang selalu berpikir kekurangan adalah sebuah musibah. Namun tidak bagi Anwar yang melihat kekurangan kakaknya sebagai anugerah. Bahkan sejak kecil Anwar sudah memiliki pemikiran untuk membahagiakan kakaknya.

Selanjutnya Dedi mengajak Anwar belanja ke toko untuk membeli modal dagang dan kebutuhan kakaknya. Di sana Anwar memilih sendiri kebutuhan dasar berdagang cilor seperti terigu, minyak dan telur. Tak lupa Anwar membelikan popok juga susu untuk kakak dan adiknya yang masih kecil.

Pada saat kembali ke rumah Dedi menitipkan sejumlah uang kepada orang tua Anwar.

“Awalnya saya mau belikan HP tapi takutnya anak ini berubah jadi malah main tidak mau jualan lagi. Akhirnya saya kasih uang saja untuk tambahan modal,” ujar Dedi Mulyadi kepada orang tua Anwar. ***