RADARBANDUNG.id, BANDUNG==Saling bantu di tengah hantaman pandemi Covid-19 menjadi cerminan masyarakat Bandung, belakangan ini. Antar komunitas, baik itu restoran, kedai makan, sampai pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bahu-membahu bantu masyarakat yang terdampak kondisi ini.
Satu dari banyaknya pelaku usaha yang akhirnya terjun membantu adalah Kozi Coffee Bandung. Bisnis waralaba yang bergerak di bidang kuliner ini memulai gerakan bagi-bagi nasi kotak dan kopi kepada masyarakat sekitar kedai. Gerakan ini pertama kali dilakukan di Kozi Coffee Dipatiukur pada 5 Juli 2021, yang kemudian diikuti cabang waralaba lainnya.
Kozi Coffee Veteran adalah cabang kedua yang akhirnya turut mengimplementasikan kegiatan sosial tersebut. Adalah, Ayu Oktatariani yang tertarik melakukan kegiatan sosial itu, di tengah kesibukannya mengelola kedai dan aktif di komunitas HIV/AIDS.
Sehari-hari, Ayu memulai kegiatannya dengan memasak nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Mulai dari beras, sawi, tauge, cabai merah, ikan lele fillet, semua Ayu bersihkan dan olah menjadi seporsi nasi kotak
Hari itu, Senin (19/7), Ayu memasak ikan lele tepung goreng dan tumis tahu sayur sawi. Tangannya cekatan memotong-motong ikan lele fillet, sembari menjalani webinar daring tentang vaksinasi bagi pengidap HIV/AIDS. Ikan yang sudah dia potong, kemudian dicampur dengan tepung terigu yang sudah diberi perasa.
Ayu hanya tinggal menggorengnya saja, sambil menumis sayur sawi dan tahu yang dipotong dadu. Dalam sehari, Ayu menyiapkan lima kilogram beras, yang dia dapat dari hasil donasi. Sedangkan sayur dan lauknya, disesuaikan dengan bantuan yang datang.
“Setelah dihitung-hitung akhirnya ketemu formula satu pax ini biayanya Rp16 ribu. Saya buatnya beragam, jadi setiap malam dipikirin apa ya menu untuk besok, atau biasanya lihat dulu bahan makanan yang tersedia apa, yang dikasih donatur apa,” kata Ayu ditemui di Kedai Kozi Coffee Veteran.
Wanita berkepala plontos itu memulai kegiatan memasak dari pukul 09.30 WIB. Selama dua jam, Ayu memasak semuanya, dibantu suaminya dalam proses pengemasan. Sebelum jam makan siang atau sekitar pukul 11.30 WIB, semua nasi kotak itu sudah dia bawa ke halaman depan kedai. Di sana masyarakat yang lewat bisa bebas mengambil nasi kotak, jumlahnya pun tidak dibatasi.
“Saya siapkan 25-30 pax per harinya. Tapi semua tergantung ketersediaan bahan makanannya. Kadang niatnya 30, bisa aja jadinya cuma 27 pax,” tuturnya.
Menurut Ayu, di tengah kondisi sulit seperti sekarang, hatinya tergerak untuk turut membantu sesama. Dia mengakui, sebagai orang yang punya usaha saja bisa sangat memberi dampak pada bisnisnya. Apalagi dengan orang-orang yang memang setiap harinya mencari pekerjaan.
“Sebenarnya karena saya punya usaha, terus saya sebagai pengusaha UMKM ini ada aturan gak bisa dine in dan itu saya berpengaruh pada pemasukan yang menurun dan sebagainya. Kita pikir orang-orang yang punya usaha aja bisa sulit, apalagi orang yang kerjaannya tiap hari cari kerja,” ungkapnya.
Katanya, daripada mengharapkan bantuan pemerintah yang tak kunjung datang, dia berupaya membantu sebisanya. Apalagi latar belakangnya sebagai aktivis, itu cukup membantunya menjaring massa dalam penggalangan dana.
“Sudah empat hari kebelakang ini donasinya luar biasa. Aku aja sampai kaget. Donasi dari cuma Rp50 ribu sampai jutaan rupiah. Tapi ada juga donasi yang kasih makanan, atau sendok plastik bekas misalkan. Itu sangat membantu karena itu bisa buat nanti di nasi kotaknya. Mau kasih bantuan kotak nasinya juga saya terima,” jelasnya.
Ayu menyebut, pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat ini tanpa solusi. Banyak rakyat kecil yang justru semakin kesulitan, karena tempat usahanya dipaksa tutup atau pembatasan jumlah pengunjung.
“Pemerintah bikin PPKM ini tidak juga diiringi dengan dukungan. Daripada saya cuma ngedumel saja. Gak mau tong kosong nyaring bunyinya, jadi ya udah lebih baik bergerak saja bantu orang lain,” tandasnya. (NUR FIDHIAH SHABRINA)