RADARBANDUNG.id- Sepak terjang dr. Rubini saat berjuang sebelum kemerdekaan RI di Kalimantan Barat (Kalbar) perlu diangkat. Pengorbanannya luar biasa, sehingga sangat pantas untuk menjadi Pahlawan Nasional.
Hal tersebut mencuat dalam seminar nasional yang digelar Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada Rabu (27/4/2022). Seminar berlangsung mulai pukul 10.00 dengan peserta mencapai 270 orang via zoom meeting berakhir pukul 13.48. Hadir pada kesempatan itu, Raja Mempawah XIII Pangeran Ratu Mulawangsa, Dr. Mardan Adijaya Kesuma, tokoh nasional Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar dan ahli sejarah serta perwakilan dari kementerian Sosial RI.
Menurut Ketua Umum Kowani, DR.Ir. Hj. Sri Woerjaningsih, M.Pd, atau yang akrab disapa Giwo Rubianto, seminar tersebut terselenggara merupakan kerjasama Kowani dengan pemerintah Kalimantan Barat dan keturunan dr. Rubini.
Lebih jauh Giwo menjelaskan, bahwa Kowani sebagai organisasi perempuan pertama dan terbesar di tanah air, membawahi 97 organisasi wanita dengan jumlah anggota 87 juta perempuan, memiliki visi dan misi meningkatkan harkat dan martabat wanita dan anak-anak Indonesia.
“Sosok dr. Rubini adalah pemimpin dari tanah Sunda yang berjuang di Kalimantan selama 17 tahun. Beliau meninggal bersama istrinya yang sedang hamil karena menentang kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Perjuangannya merupakan hal yang sama dengan gerakan “her for she” yang telah di tandatangani di PBB oleh Presiden Indonesia. Juga semangat kesamaan gender. Atas pengorbanan inilah Kowani tergerak mengusulkan menjadi Pahlawan Nasional agar tidak terlupakan oleh anak-anak bangsa,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Jenderal TNI (purn) Agum Gumelar sangat mengapresiasi langkah Kowani dalam menyelenggarakan seminar ini. “Saya melihat dan mendukung langkah Kowani dan Pemda Kalbar untuk segera menyusun berkas-berkas pendukung, sebagai data untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,” katanya.
Agum menambahkan, peristiwa sejarah mandor menjadi catatan sejarah dan mengemparkan masyarakat dunia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu kejadian paling kelam dalam sejarah kependudukan Jepang di Indonesia.
“Kekejaman sangat biadab karena bukan saja membunuh sekitar 1.200 warga Kalbar tetapi juga memperkosa wanita-wanita setempat. Ini sesuatu yang harus diangkat, jadi saya sarankan ke pemerintah Kalbar untuk selalu mengenang peristiwa ini agar diketahui seluruh bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya. Semoga pengusulan ini berjalan lancar,” harapnya. (sol)