RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Industri kakao dan cokelat di Indonesia diyakini terus tumbuh di masa pemulihan ekonomi pasca Pandemi COVID-19. Inovasi menjadi salah satu pekerjaan rumah para pelaku bisnis di sektor ini untuk menjangkau untaped market (pasar yang belum tersentuh).
Berdasarkan data yang dikutip dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada tahun 2021 lalu, Indonesia diklaim sebagai produsen kakao olahan terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. Semua itu ditopang oleh 11 industri pengolahan kakao dengan total kapasitas terpasang mencapai 739.000 ton per tahun.
Potret lain yang menjadi rujukan adalah berdasarkan data dari International Cocoa Organization (ICCO) pada 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220.000 ton atau penghasil biji kakao terbesar keenam di dunia.
Saat situasi pandemi mendera, industri pengolahan kakao memberikan kontribusi terhadap devisa. Capaian nilai ekspornya sebesar US$ 1,12 miliar atau naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,01 miliar.
Data lain dari Euromonitor (Juli 2022), nilai penjualan ritel naik 2% pada 2022 menjadi Rp 13,4 triliun. Penjualan ritel ditargetkan naik 6% CAGR mencapai Rp 18,2 triliun pada 2027.
Di sisi lain, konsumsi cokelat tahunan di Indonesia tercatat hanya sekitar 0,3 kilogram per kapita. Angka itu masih kalah dibandingkan dengan Australia, Singapura dan Malaysia.
Ciptadi Sukono, Managing Director Barry Callebaut (Produsen produk kakao dan cokelat) mengatakan semua indikator pertumbuhan sudah mengarah pada perbaikan. Ia menyoroti produksi kakao di Indonesia mengalami penurunan. Saat ini berada di angka 180 ribu ton per tahun.
“Kami optimistis pasar kakao dan cokelat di Indonesia akan terus tumbuh. Permintaan pelanggan berangsur kembali ke masa sebelum pandemi,” kata dia di Bandung, Rabu (14/9).
Meski tak merinci berapa angka pastinya, Ia menyatakan bahwa selama 5 tahun terakhir kinerja bisnis terus tumbuh hingga double digit.
Ciptadi menyatakan indikator lainnya, bahwa Barry Callebaut berkontribusi 35 persen dari total produksi kakao di Indonesia. “Jadi kita adalah number 1 cocoa producing company di indonesia, 35-40 persen range-nya,” ucap dia.
Saat ini, upaya menjaga industri tetap tumbuh sembari kinerja bisnis moncer adalah memperluas pasar adalah dengan berinovasi. Salah satu strateginya fokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pihaknya bahkan mengajak perusahaan besar untuk melakukan hal yang sama.
“Tak hanya soal minuman dan makanan ringan, tapi kami berusaha menyentuh keinginan dan kebiasaan masyarakat. Contohnya, Semenjak pandemi isu kesehatan menjadi perhatian, kami mencoba masuk ke sektor itu,” kata dia.
Diketahui, sejak 2012, Barry Callebaut telah menginvestasikan lebih dari US$50 juta atau Rp 741,8 miliar dan saat ini memiliki lebih dari 700 karyawan di seluruh Indonesia. Selain itu, mereka memiliki mitra 40 ribu petani.
Barry Callebaut mengoperasikan pabrik pengolahan kakao di Bandung dan saat ini merupakan salah satu produsen terbesar (berdasarkan volume) produk kakao (seperti cocoa powder, cocoa butter & cocoa liquor) di Indonesia.
Barry Callebaut juga memiliki pusat aplikasi kakao di Bandung yang dilengkapi dengan peralatan canggih, dapur demo, dan lini produksi skala kecil. Berbagai fasilitas tersebut membantu meningkatkan kesempatan kerja sama antara Barry Callebaut dengan para pelanggan dari kalangan industri.
Selain kegiatan bisnis kakao, Barry Callebaut memiliki dua pabrik produksi coklat di kawasan industri Gresik dan Rancaekek Sumedang.
Barry Callebaut memproduksi cokelat untuk perusahaan konfeksioneri (produsen camilan manis) dan produsen makanan lainnya yang menggunakan cokelat sebagai salah satu bahan baku produksinya.
Perusahaan juga menjadi mitra outsourcing bagi banyak produsen makanan Indonesia dengan kebutuhan produk cokelat berkualitas tinggi yang jumlahnya terus bertumbuh.
Perusahaan Barry Callebaut juga mengimpor cokelat premium dari Eropa untuk pengguna cokelat artisanal dan profesional, (seperti pembuat cokelat, chef, pembuat roti, hotel, restoran, dan katering). Produk gourmet ini telah mendorong pertumbuhan bisnis Barry Callebaut di Indonesia.
Dari sisi volume, bisnis gourmet Barry Callebaut di Indonesia terus bertumbuh. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan tersebut bahkan mencapai hingga dua kali lipat.