News

Penjelasan BMKG Soal Puting Beliung Rancaekek

Radar Bandung - 22/02/2024, 16:43 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Foto: Ist/ Tangkapan layar video angin puting beliung yang menerjang kawasan perbatasan Bandung- Sumedang

RADARBANDUNG id, BANDUNG- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut kejadian angin kencang yang melanda wilayah perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang tepatnya di kawasan Rancaekek, Rabu sore (21/2) bukanlah kejadian tornado.

Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu menjelaskan, kejadian angin kencang yang melanda kawasan Jatinangor dan Rancaekek tergolong dalam puting beliung karena kecepatan angin saat kejadian masih di bawah 70 km/jam.

“Kejadian sore kemarin itu kecepatan angin yang tercatat di AAWS Jatinangor ada di angka 36,8 km/jam. jadi belum bisa dikatakan bahwa peristiwa tersebut tornado, masih puting beliung atau bisa disebut juga small tornado,” kata Ayyu, Kamis (22/2).

Ia menjelaskan fenomena puting beliung merupakan fenomena angin yang berputar membentuk pusaran dengan kecepatan kurang dari 70 km/jam. Sedangkan fenomena alam tornado dikatakannya memiliki kecepatan putaran angin lebih dari 70 km/jam.

“Fenomena kemarin itu disebut juga sebagai small tornado tapi di Indonesia sendiri small tornado bisa diartikan juga sebagai angin puting beliung,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, fenomena puting beliung terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem. Kendati begitu, terjadinya fenomena puting beliung dipengaruhi pula kondisi labilitas atmosfer.

“Jadi tidak setiap awan CB ini bisa menyebabkan fenomena puting beliung, kejadian itu bisa terjadi tergantung dengan kondisi labilitas atmosfernya dan kejadian puting beliung ini biasanya terjadi pada periode waktu yang singkat, umumnya kurang dari 10 menit,” jelasnya.

Dia menyebut, setidaknya ada perbedaan antara tornado yang terjadi di Amerika dengan puting beliung yang melanda beberapa wilayah di Indonesia.

Menurutnya tornado adalah kondisi pusaran angin yang daya rusaknya jauh lebih besar akibat kecepatan anginnya yang bisa mencapai ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer.

“Sementara kejadian kemarin itu kan rasanya daya jangkau pusarannya pun tidak terlalu luas paling hanya 3 sampai 5 km saja. Kalau Tornado itu dampak yang ditimbulkannya bisa mencapai 10 km lebih. Secara sederhana bedanya seperti itu, kalau puting beliun itu intensitasnya tidak sekuat tornado yang dampaknya luas,” ungkapnya.

Untuk itu, ia pun mengimbau kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar tidak mudah menyebut istilah baru yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat. “Cukup gunakan istilah yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat, sehingga informasi itu bisa dicerna dengan mudah dan tidak menimbulkan kegaduhan,” pungkasnya. (rup)