RADARBANDUNG.id- Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI menetapkan 1 Ramadan pada 12 Maret 2024. Meski ada perbedaan mengenai waktu pelaksanaan bagi sebagian masyarkat, namun semua pihak diimbau tetap saling menghargai.
Sidang isbat melibatkan Tim Hisab Rukyat meliputi perwakilan ormas Islam, para duta besar, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Komisi VIII DPR RI.
“Meski masih ada perbedaan, namun hal itu lumrah namun harus tetap menghormati dan menjunjung toleransi sehingga tercipta lingkungan yang kondusif,” ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melalui siaran pers yang diterima.
Sementara itu, anggota Departemen Pendidikan Keagamaan, dan Dakwah (PKD) DPP LDII yang saat itu hadir di Kemenag, Wilnan Fatahillah juga mengatakan, dari ketinggian derajat hilal di Indonesia belum memenuhi syarat, berdasarkan pengamatan LDII di 73 titik.
“Karena itulah, Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Dari rukyatul hilal yang dianut, metode hisab dan rukyat tidak bisa dilakukan terpisah,” kata Wilnan.
LDII ikut andil mengamati hilal pada 73 titik di berbagai daerah setelah sebelumnya, DPP LDII tiga kali menggelar pelatihan rukyatul hilal. Selain melaksanakan simulasi pengamatan, pelatihan itu mengedepankan pemahaman ilmu falakiyah secara fundamental.
Menurut Pahala Sibuea, anggota Departemen Litbang, Iptek, Sumber Daya Alam (LISDAL) DPP LDII, hisab rukyat adalah metode perhitungan dan pengamatan hilal untuk menjadi data ketinggian derajat bulan dan waktu perhitungan ufuk,
Ia menjelaskan bahwa metode rukyatul hilal penentuan Ramadan, dilihat dari tanggal 1 Sya’ban dan dilakukan pengamatan kembali pada tanggal 29 terkait status hilal sudah terlihat untuk masuk kepada 1 Ramadan. Mengutip hadits Nabi, jika hilal belum terlihat, maka Sya’ban perlu disempurnakan menjadi 30 hari, demikian juga berlaku untuk Ramadan.
Sementara itu, Wakil Sekretaris DPW LDII Jawa Barat, Fadel Abrori menambahkan, pengamatan hilal dilakukan di beberapa titik pengamatan, seperti di Pelabuhan Ratu Sukabumi, Pantai Pondok Bali Subang, Kota Bandung, Kab. Bandung Barat dan beberapa titik pengamatan lainnya.
“LDII Jabar bersama beberapa DPD LDII Kota/Kabupaten yang ada titik pengamatan hilal melaksanakan pengamatan penentuan hilal bersama pemerintah dan ormas Islam lainnya. Tujuannya untuk mendukung dan membantu pemerintah dalam penentuan hilal 1 Ramadhan,” urainya.
Fadel menjelaskan, hasil pengamatan tim rukyatul hilal DPW LDII Jabar di Pantai Pondok Bali Subang, hilal tidak terlihat. Di titik lainnya pun hasilnya sama, hilal tidak terlihat.
“Hilal belum terlihat karena kondisinya cuaca mendung, ketinggian 0,3 derajat, azimuth 264 derajat umur bulan 2 jam dari ijtima’ sehingga di simpulkan bulan sya’ban disempurnakan 30 hari, dan insya Allah 1 Ramadhan jatuh pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2024,” paparnya.
Laporan tim rukyatul hilal LDII di berbagai daerah menyatakan hilal belum terlihat karena cuaca yang mendung di beberapa titik pengamatan tersebut. Tim pengamatan hilal LDII di Sumatera diantaranya di Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Palembang, Kepri, Lampung, Padang dan Jambi. Dari Pulau Jawa informasi didapat dari Banten, Jakarta, Subang, Bandung, Pelabuhan Ratu, Lamongan, Bojonegoro, Bangkalan, Sumenep, Jember, dan lainnya.
Sementara tim lain di luar Jawa antara lain Palu, Makassar, Mamuju, Bali, Maluku, Jayapura, Manokwari, Mataram, Palangkaraya, Tanah Laut dan lainnya. (dbs)