News

Masyarakat Indonesia Konsumsi 52 Juta Partikel Mikroplastik Setiap Bulan

Radar Bandung - 08/07/2024, 18:18 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Ilustrasi: Petugas dengan menggunakan perahu kayu membersihkan sampah plastik yang mengendap di Sungai Citarum di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (13/6). FOTO: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG 

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Guru Besar Bidang Sirkularitas Limbah Padat dan Persampahan Menuju Keberlanjutan, Fakultas Teknisil Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Ir. Emenda Sembiring menyebut masyarakat Indonesia jadi yang paling banyak menelan partikel mikroplastik di dunia.

Dia menilai kondisi itu terjadi lantaran cemaran  sampah ke lingkungan, antara lain dipicu oleh minimnya akses pengelolaan sampah.

“Beberapa waktu kebelakang kitadikagetkan oleh artikel jurnal penelitian yang menyebut intake mikroplastik di diet parkapita di Indonesia tertinggi di dunia dengan angka 15 gram/bulan,” kata Emenda, ditulis Senin (8/7).

Berdasar penelitian yang dikerjakan Fengqi You dan Xiang Zhao dari Cornell University, Amerika Serikat pada 2024 dia menarik simpulan bahwa sekira 52 juta partikel mikroplastik tertelan oleh masyarakat Indonesia per bulannya.

“Kurang lebih begini, 15 gram/bulan itu sama dengan 52,5 juta partikel mikroplastik perbulan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Berdasarkan data yang ada, Indonesia menghasilkan sekitar 10.247.713 ton sampah plastik setiap tahun. Namun, hanya sekitar 39 persen atau sekitar 4 juta ton yang dikelola dengan baik. Sebanyak 5 persen atau sekitar 601 ribu ton sampah dibuang sembarangan, dan 47 persen atau sekitar 4,8 juta ton dibakar atau ditimbun.

“Rata-rata akses pengelolaan sampah di seluruh kota kabupaten di Indonesia baru mencapai 39,1 persen,” paparnya.

Ia menilai kurangnya akses dan fasilitas pengelolaan sampah di berbagai kota dan kabupaten menyebabkan sebagian besar sampah plastik berakhir di lingkungan, baik di sungai maupun di daratan.

“Diperkirakan, sekitar 601.225 ton sampah dibuang langsung ke sungai setiap tahun, sementara 789.847 ton dibuang ke daratan, dan 4.708.417 ton dibakar,” urainya.

Emenda menerangkan, plastik yang terbuang ini akan terurai menjadi partikel mikroplastik yang mudah diserap oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, mengingat sifat plastik yang tahan lama dan sulit terurai.

“Plastik akan dominan terlihat banyak di lingkungan karena plastik mempunyai sifat yang tahan lama dan persistens,” kata dia.

Tak lupa dia pun menekankan pentingnya pemahaman dan penelitian lebih lanjut tentang dampak mikroplastik terhadap kesehatan dan lingkungan, terutama di daerah sungai dan pesisir. “Pemahaman tentang kondisi keberadaan mikroplastik menarik perhatian kami, sehingga kami banyak melakukan penelitian tentang keberadaan sampah plastik terutama sungai dan pesisir,” pungkasnya. (rup)