RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Wilayah Kabupaten Bandung diguncang gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,0 pada Rabu (18/9), sekira pukul 09.41 WIB. Dampak dari gempa ini terasa di beberapa wilayah, termasuk Kecamatan Kertasari dan Pangalengan, yang melaporkan kerusakan pada bangunan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini telah diikuti oleh 33 gempa susulan, empat di antaranya masih dirasakan oleh warga setempat.
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Prof. Dr. Irwan Meilano, menyampaikan bahwa gempa bumi tidak hanya berasal dari zona megathrust di selatan, tetapi juga dari sesar aktif di daratan.
“Kejadian ini mengingatkan kita bahwa selain megathrust, sesar aktif di daratan juga berpotensi memicu gempa,” kata Irwan, Jumat (20/9).
Dirinya menegaskan bahwa gempa dari sesar aktif dapat menimbulkan kerusakan serius meskipun magnitudonya lebih kecil dibandingkan gempa megathrust.
“Gempa dari sesar yang dekat dengan permukaan bisa menyebabkan kerusakan yang sama parahnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan fenomena gempa susulan yang terjadi pasca gempa utama. Menurutnya, gempa susulan merupakan mekanisme pelepasan sisa energi dari gempa utama.
“Sebuah gempa akan diikuti gempa susulan sebagai pelepasan energi yang tersisa,” jelasnya.
Menurutnya proses mitigasi kebencanaan merupakan hal yang krusial untuk disiapkan oleh pemerintah setempat. Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi gempa.
“Pendekatan yang terintegrasi, baik dari pemerintah maupun masyarakat, sangat penting untuk mitigasi yang efektif,” ujarnya.
Ia juga menyarankan pengembangan peta risiko bencana yang lebih rinci sebagai acuan perencanaan tata ruang. Selain itu, literasi bencana perlu ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal.
“Dengan budaya gotong royong, saya yakin kita bisa mengurangi risiko bencana bersama-sama,” pungkasnya. (rup)