RADARBANDUNG.id- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menghadapi tantangan besar pasca Pilkada 2024, terutama di Jawa Barat yang selama ini menjadi basis suara partai tersebut. Meski demikian, mereka menyebut bahwa hasil yang mengemuka bukan gambaran menyeluruh kekuatan partai.
Pengurus DPP PKS, Ledia Hanifa memastikan aka nada evaluasi yang dilakukan oleh semua pengurus dan petinggi partai. Semuanya fokus untuk menata serta menjalankan kinerja politik selama lima tahun ke depan.
“Sebenarnya, menang atau kalah dalam pilkada itu hal yang biasa. Pilkada berbeda dengan Pileg. Dalam Pileg, partai berdiri sendiri, sedangkan dalam Pilkada, sangat bergantung pada koalisi,” jelas Ledia.
Ia menyoroti bahwa dinamika koalisi di tingkat provinsi sering kali berbeda dengan di tingkat kabupaten/kota, yang memengaruhi kekompakan dan efektivitas mesin partai. Ia membantah anggapan bahwa PKS mengalami penurunan secara nasional. Sebagai contoh, keberhasilan partai di Sumatera Barat, Halmahera Selatan, dan Seram Bagian Timur, di mana PKS berhasil memenangkan sejumlah pilkada.
“Secara keseluruhan, dari semua pilkada yang kami ikuti, sekitar 23 persen berhasil dimenangkan,” ujarnya.
Meski berada di bawah Gerindra dalam persentase kemenangan, Ledia menegaskan bahwa capaian tersebut tetap signifikan. Ke depan, tantangan yang dihadapi sangat kompleks. “Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti track record, janji kampanye, peta persaingan, hingga dinamika sosial media dan tekanan dari koalisi besar,” tambahnya.
Isu bergabungnya PKS dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) juga sempat disorot. Ledia menegaskan bahwa PKS tidak terlalu mengutamakan kepentingan partai dalam penunjukan pejabat di pemerintahan pusat.
“Menteri yang diusulkan bukan dari kader PKS, tetapi dari profesional yang kami kenal kompetensinya. Artinya, kami tidak memasukkan kader kami secara langsung,” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang persiapan untuk Pilkada mendatang, Ledia mengakui bahwa penentuan calon di beberapa daerah sering kali dilakukan di menit-menit terakhir, yang berdampak pada strategi partai. Partai harus lebih matang dalam menyiapkan calon, tetapi tetap sangat bergantung pada siapa pesaingnya dan koalisi yang terbentuk.
Faktor penting memenangkan kursi legislatif untuk mempermudah pencalonan kepala daerah tetap menjadi prioritas. PKS saat ini sedang dalam proses evaluasi mendalam yang nantinya akan dilaporkan ke Majelis Syuro.
“Evaluasi ini akan menjadi dasar untuk Munas pada 2025, di mana kami akan memperbaiki banyak hal,” jelasnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, PKS tetap optimis dalam menjaga hubungan dengan konstituen. Semua kader yang mendapat kursi anggota legislative terus turun ke lapangan melalui reses. Bahkan dalam kunjungan kerja, mereka berupaya menjalankan fungsi diplomasi, seperti kunjungan ke PBB untuk melindungi anak-anak Palestina.
“Pembelaan terhadap masyarakat harus terus dilakukan, di manapun kami berada,” tutup Ledia. (pra)