RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung terus berinovasi menangani permasalahan sampah, terutama berasal dari pengerukan sungai. Salah satu langkah terobosan diterapkan penggunaan Mesin Olah Runtah (Motah-19), mampu membakar mengolah hingga 2 sampai 8 ton sampah per hari tanpa perlu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R) milik Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Kelurahan Cisaranten Wetan, Kecamatan Cinambo. Motah-19 memiliki keunggulan membakar sampah hasil pengerukan sungai tanpa bahan bakar tambahan, menghasilkan abu yang dapat dimanfaatkan kembali.
Pj Wali Kota Bandung, A Koswara, bersama Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi, meninjau langsung pengoperasian Motah-19. Koswara menegaskan mesin Motah-19 merupakan solusi penting mengurangi timbunan sampah sungai yang selama ini menjadi salah satu penyebab banjir.
“Sebelum adanya Motah-19, sampah diangkat dari sungai hanya ditampung sementara sebelum akhirnya dibuang ke TPA. Hadirnya mesin Motah-19 seluruh proses pengolahan dapat dilakukan langsung di lokasi,” ujar A Koswara, Jumat (31/1/2025).
Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi menjelaskan sampah sungai memiliki karakteristik beragam, mulai dari plastik hingga sedimen berat, sehingga diperlukan solusi yang lebih efektif. Motah-19 sangat membantu, tidak ada lagi sampah sungai yang harus dibuang ke TPA. Semua terselesaikan di sini.
Baca juga: Pengelolaan Sampah Organik Program SiManik Pilah Angkut
“Proses kerja Motah-19 dimulai dari pengangkutan sampah hasil pengerukan sungai ke lokasi mesin. Sampah kemudian dipilah, di mana material yang tidak memiliki nilai jual akan dimasukkan ke dalam tungku pembakaran,” jelas Didi.
Didi mengungkapkan yang menarik Motah-19 tidak memerlukan bahan bakar tambahan untuk mengaktifkan mesin, cukup menyalakan api ke dalam tungku, selanjutnya mesin dapat membakar hampir seluruh jenis sampah, kecuali yang termasuk kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu keunggulan utama Motah-19 minimnya residu yang dihasilkan. Setiap 1 ton sampah yang dibakar hanya menyisakan sekitar 10 kilogram abu.
“Abu ini pun tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah kembali menjadi bahan bata beton yang bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur kota, bukan hanya masalah sampah yang bisa dituntaskan, tetapi juga ada nilai tambah dari hasil pengolahan tersebut,” ungkap Didi.
Baca juga: Sampah Oxbow Cicukang Sungai Mati Sepanjang Satu Kilometer
Didi menambahkan keberhasilan Motah-19 Cinambo menambah daftar inovasi pengolahan sampah di Kota Bandung. Dua mesin Motah lainnya sudah lebih dulu beroperasi di Kecamatan Bandung Kulon dan Kecamatan Sumur Bandung. Kapasitas pembakaran mencapai 1 ton sampah per jam, waktu operasional delapan jam per hari, Motah-19 mampu mengolah 2 sampai 8 ton sampah per hari.
“Pemkot Bandung berencana menambah unit Motah di beberapa lokasi strategis guna mempercepat penyelesaian masalah sampah dan mendukung upaya pengurangan sampah ke TPA,” tegas Didi.
Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara, berharap penggunaan teknologi seperti Motah-19 dapat menjadi solusi jangka panjang dalam pengelolaan sampah perkotaan. Memanfaatkan teknologi dengan baik, maka sampah bukan lagi masalah, melainkan bisa menjadi sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat.(cr1)