RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kajian Kitab Syu’abul Iman yang disampaikan Ustadz Sinyo Hendrik, dipaparkan puasa Ramadhan bukan hanya sekadar kewajiban yang harus dilaksanakan umat Islam, tetapi juga merupakan perisai diri dan sarana penyucian jiwa, sebagaimana firman Allah dalam Al-Baqarah ayat 183, puasa diwajibkan sebagai bentuk latihan ketakwaan, bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan sebagai wujud pengendalian diri yang sejati.
Ustadz Sinyo Hendrik menjelaskan hakikat puasa lebih dari sekadar ibadah fisik. Puasa perjalanan spiritual yang membawa seorang hamba lebih dekat kepada Allah Sang Pemilik. Puasa mengajarkan untuk membentuk perisai menahan diri dari segala hal yang dapat mengotori hati dan pikiran.
“Bukan hanya perut yang harus kosong dari makanan dan minuman, tetapi hati juga harus bersih dari kebencian, iri, dengki, dan sifat buruk lainnya,” jelas Sinyo dengan penuh kelembutan dihadapan para jamaah, Sabtu (15/2/2025).
Sinyo menyampaikan dalam surah Ali Imran ayat 133, Allah menyeru umat-Nya untuk bersegera mencari ampunan dan meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang diperuntukkan bagi orang-orang bertakwa, dengan menjalankan ibadah puasa secara ikhlas, seorang Muslim bisa terbebas dari sifat malas, kikir, dan kelemahan diri.
“Puasa melatih untuk disiplin, sabar, dan berkomitmen dalam kebaikan. Puasa jalan menuju jiwa yang tangguh dan ketenangan yang hakiki,” ujar Ustadz Sinyo dengan penuh keteguhan.
Baca juga: ibis Bandung Pasteur Luncurkan Paket Buka Puasa Bertajuk Colorful Ramadhan
Sinyo mengungkapkan puasa Ramadhan juga sebagai bulan pembakaran dosa, bagaikan api yang membersihkan kotoran dari logam, puasa membakar dosa-dosa yang melekat dalam diri seorang Muslim.
“Orang yang berpuasa dengan keimanan yang kokoh dan pengharapan akan ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, jiwa orang yang menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan akan menjadi bersih, seputih bayi yang baru lahir, siap untuk kembali kepada fitrah kesuciannya,” ungkap Sinyo seraya mengutip sabda Rasulullah SAW.
Sinyo menegaskan tidak semua puasa bernilai tinggi di sisi Allah. Ada puasa yang hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi tidak menghasilkan perubahan dalam hati dan perilaku. Puasa yang sejati membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadikan seseorang lebih lembut dalam berbicara, lebih dermawan dalam memberi, dan lebih sabar dalam menghadapi ujian.
“Puasa bukan hanya ritual, tetapi jalan menuju transformasi diri,” tegas Sinyo.
Sinyo memaparkan dalam praktiknya puasa terbagi menjadi beberapa kategori, puasa wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah. Puasa wajib puasa Ramadhan, sedangkan puasa sunnah puasa Senin-Kamis dan puasa Ayyamul Bidh dapat dilakukan untuk menambah pahala dan meningkatkan ketakwaan. Adapun puasa makruh berpuasa dengan cara yang merugikan diri sendiri, serta puasa haram berpuasa dengan niat yang tidak benar atau tetap berbuat dosa, harus dihindari.
Baca juga: Jelang Ramadhan 1446 H Razia Kendaraan Berknalpot Brong Digelar
Sinyo Hendrik mengingatkan tentang pembatalan puasa. Puasa tidak hanya bisa batal secara syariat, tetapi juga bisa kehilangan pahalanya jika dilakukan tanpa kesungguhan,pentingnya menjaga lisan, perbuatan, dan niat agar puasa tidak sia-sia.
“Sebagaimana disebutkan dalam Maryam ayat 26, puasa bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga membentuk perisai menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu yang dapat merusak ketulusan ibadah,” jelasnya.
Sinyo berpesan Ramadhan bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan kesempatan emas untuk meraih ampunan, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas iman. Menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan kesungguhan, umat Islam dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih dekat kepada Allah, serta terhindar dari siksa neraka.
“Ramadhan adalah bulan perubahan. Barang siapa yang tidak mengambil manfaat darinya, maka ia telah melewatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya,” pungkas Sinyo Hendrik dengan penuh kebijaksanaan.(dsn)