News

Kiprah Fatayat PCI NU Jerman sebagai ”Rumah” bagi Generasi Muda Putri Indonesia di Perantauan, Ngaji Bareng Jadi Obat Kangen Kampung Halaman

  • Thumbnail
  • Thumbnail

Laporan I’IED RAHMAT RIFADIN, Surabaya

RADARBANDUNG.ID, SURABAYA – Tiap selesai pengajian, Fatayat PCI NU Jerman selalu mengadakan sesi sharing tentang fikih wanita, pendidikan, atau hal-hal keseharian yang dihadapi para anggota.

Kiprah Fatayat PCI NU Jerman sebagai ”Rumah” bagi Generasi Muda Putri Indonesia di Perantauan, Ngaji Bareng Jadi Obat Kangen Kampung Halaman


Logo Fatayat PCI NU Jerman. Foto : Dok.Facebook PCI NU Jerman. Sementara itu foto atas, sejumlah anggota Fatayat setelah menghadiri peringatan Maulid Nabi 1446 H yang diadakan PCI NU Jerman di Masjid Indonesia, Frankfurt (16/9/2024). FOTO: ESTY PRASETYANINGTIAS UNTUK JAWA POS

Sebagaimana tradisi NU, semua kegiatan selalu dalam suasana gayeng.

“Seneng aja, nyaman. Beruntung. Kayak ketemu ’rumah’,” ucap Esty Prastyaningtias, perantau asal Kemirahan, Kota Malang, Jawa Timur, yang saat ini tinggal di Bielefeld, Negara Bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman.

Baca Juga : Hasil Liga 1: Persebaya Surabaya Kalahkan Persib Bandung 4-1, Akhirnya Paul Munster Selamat dari Ancaman Pemecatan!

Alumnus Sastra Jerman Universitas Negeri Malang itu merespons pertanyaan Jawa Pos melalui telepon tentang apa yang membuatnya mau ber-Fatayat di Jerman Kamis (13/2/2025) dua pekan lalu.

Apalagi, untuk ikut kegiatan Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) yang diperuntukkan bagi generasi muda putri itu di Jerman sama sekali tak perlu syarat khusus. Sukarela.

Baca Juga : Danamon dan American Express Luncurkan Kembali Kartu Danamon American Express® Gold

Serba kekeluargaan.

Sejak berdiri pada akhir 2020, Fatayat Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Jerman rutin mengadakan pengajian dua minggu sekali secara daring maupun luring pada Jumat.

Biasanya yang datang saat luring sekitar 20–30-an orang.

Baca Juga : Pentingnya Kesadaran Warga Pilah Sampah dari Sumbernya

Sebelum Fatayat berdiri, pengajian rutin khas warga nahdliyin di Jerman sudah ada. Namun, menjadi satu dengan seluruh keluarga besar PCI NU Jerman.

Nur Yuchanna, ketua Fatayat PCI NU Jerman, mengatakan, kehadiran organisasinya di Jerman memang ingin menjadi teman sekaligus wadah yang menyertai para generasi muda putri. Itu agar mereka merasa tetap memiliki rumah untuk kembali, rumah untuk bertanya tentang segala hal, di tengah kesibukan masing-masing di perantauan.

”Biar tetap ada pijakan. Ndak ucul (tidak lepas),” ucap putri pasangan KH Syaeful Fatah-Chusnul Khotimah, rais syuriah dan ketua Muslimat PCI NU Jerman, tersebut.

Ning Yoan, begitu Nur Yuchanna akrab disapa, menyebutkan, Fatayat PCI NU Jerman sama sekali tidak pernah memaksa atau membuat metode tertentu untuk menggaet anggota. ”Seperti ngajak ngaji bareng aja. Kalau mau ya monggo, kalau nggak ya nggak papa,” jelas perempuan yang tinggal di Jerman sejak 2004 itu.

 Sharing setelah Ngaji

Dalam setiap pengajian, seperti warga nahdliyin di tanah air, mereka bersama-sama bertawasul membaca Yasin, Asmaul Husna, Shalawat Diba’, hingga tahsin bacaan Alquran bersama-sama. Setelah mengaji, acara diisi dengan sharing bersama tentang berbagai hal.

Tema yang dibahas biasanya seputar fikih wanita, pendidikan, maupun diskusi terkait hal-hal yang mereka temui selama hidup di tanah perantauan. Kumpul-kumpul bareng sesama orang Indonesia itu sekaligus menghapus rindu akan suasana ngaji bareng di kampung halaman Indonesia.

Yang jelas, semua itu dibungkus dengan tidak meninggalkan kekhasan warga nahdliyin selama ini: suasana kekeluargaan dan gayeng.

”Saya malah lebih dikenal banyak bercandanya sama teman-teman di sini,” kata Ning Yoan yang merupakan keturunan langsung generasi keempat Mbah KH Ma’shum Ahmad, Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

Fatayat Jerman selama ini juga aktif ambil bagian dalam berbagai kegiatan yang diadakan pengurus Muslimat maupun PCI NU Jerman. Seperti Muharaman, halalbihalal, maupun berbuka bersama saat Ramadan tiba.

Bagi Esty, ber-Fatayat di Jerman seakan menemukan keluarga baru. Perempuan yang kali pertama ke Jerman pada Desember 2012 untuk mengikuti program aupair (bekerja sambil kursus) itu bahkan lebih suka menyebutnya rumah.

Sebab, bukan hanya wadah untuk berorganisasi dan beribadah bersama. Tapi, juga tempat dia bisa bertanya berbagai hal yang sempat membingungkan tanpa sungkan.

Saat pertama tiba di Jerman, Esty yang menyelesaikan S-2 di Jerman dan kini bekerja di biro tenaga kerja tersebut mengaku sempat bingung karena perbedaan waktu. Saat musim dingin, dia bahkan harus sudah berangkat kerja sebelum waktu salat Subuh tiba.

Sebagai minoritas, pikirannya juga dipenuhi banyak pertanyaan. Termasuk cara berinteraksi dengan warga setempat. ”Seperti saat diundang merayakan Natal itu bagaimana menyikapinya,” jelasnya.

Masalah-masalah seperti itu yang bisa dia konsultasikan. Dan, akhirnya menemukan jawaban dari para pengurus Fatayat maupun PCI NU Jerman.

Latar Anggota

Ber-Fatayat atau menjalankan roda organisasi NU di Eropa jelas berbeda dengan di Indonesia. Dari latar anggotanya yang di grup WhatsApp mencapai 200-an orang saja sudah jauh.

Di Indonesia, mayoritas anggota Fatayat para pemudi yang sebelumnya sudah pernah mengenyam pendidikan Islam maupun pesantren. Sementara di Jerman sangat beragam.

Ning Yoan bahkan mengakui, sampai saat ini masih ada anggotanya yang memutuskan untuk tidak berhijab. Tapi, dia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan.

”Kadang kalau posting di media sosial malah yang rame, ’Lho Fatayat kok ndak pake hijab, ke mana hijabnya?’” ceritanya.

Sesuai garis dakwah NU selama ini, Ning Yoan berusaha selalu menempatkan Fatayat Jerman berada di tengah. Menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman. Sebab, cara itu juga yang terbukti mampu menjadikan Fatayat sebagai rumah bagi generasi muda putri Indonesia di tanah perantauan, belasan ribu kilometer dari kampung halaman. (*/c19/ttg/jawa pos)

 

 


Terkait Internasional
Ini 7 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 2025 dalam Bahasa Inggris yang Penuh Makna
Internasional
Ini 7 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 2025 dalam Bahasa Inggris yang Penuh Makna

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA –Memasuki Hari Raya Idul Fitri, umat Islam di seluruh dunia biasanya saling memberikan ucapan selamat, baik secara langsung maupun melalui media sosial sebagai bentuk kebahagiaan dan doa kebaikan. Dilansir dari laman An-Nur.ac.id, mengucapkan selamat Idul Fitri bukanlah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Penting untuk memperhatikan isi ucapan agar tetap sesuai dengan sunnah dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. […]

Ini Alasan Umat Muslim di Belahan Dunia Tidak Selalu Merayakan Hari Raya Idul Fitri Pada Hari yang Sama
Internasional
Ini Alasan Umat Muslim di Belahan Dunia Tidak Selalu Merayakan Hari Raya Idul Fitri Pada Hari yang Sama

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Lebaran Idul Fitri merupakan peringatan hari besar Islam bagi umat Muslim. Idul Fitri selalu dirayakan pada akhir bulan Ramadan dan memasuki pada bulan Syawal. Idul Fitri sendiri merupakan perayaan bagi lebih dari satu miliar umat Muslim di seluruh dunia. Namun, di beberapa negara terutama negara multikultural seperti Australia, umat Muslim tidak selalu […]

Tetap Pantau Perkembangan Palestina Meski Ada Gencatan Senjata
Internasional
Tetap Pantau Perkembangan Palestina Meski Ada Gencatan Senjata

RADARBANDUNG.id- Gencatan senjata Israel terhadap rakyat Palestina jangan sampai mengendurkan perhatian terhadap konflik yanh terjadi di Palestina. Hal ini diungkapkan Aktivis Kemanusiaan sekaligus Pembina Nusantara Palestina Center, Abdillah Onim saat menghadiri kegiatan Tunas Al-Quds 9 dan Konser Amal Palestina di Nurul Fikri Boarding School Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu, (22/2). “Sebab tank-tank belum keluar […]

Ginjal Tertembus Peluru, Satu Lagi WNI Meninggal, Korban Penembakan oleh APMM di Malaysia Bertambah, Ini Penjelasan Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha
Internasional
Ginjal Tertembus Peluru, Satu Lagi WNI Meninggal, Korban Penembakan oleh APMM di Malaysia Bertambah, Ini Penjelasan Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Korban meninggal akibat ditembak aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) di Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia bertambah. Namun, hingga kemarin identitas korban penembakan oleh APMM di Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia yang meninggal pada Selasa (4/2/2025) itu belum diketahui. Almarhum sebelumnya sempat menjalani operasi pengangkatan ginjal yang terkena peluru dari tembakan APMM di Tanjung […]

Menteri Hukum Supratman Andi Agtas Tegaskan Paulus Tannos Masih Berstatus WNI, Dua Kali Ajukan Ganti Kewarganegaraan tapi Gagal
Internasional
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas Tegaskan Paulus Tannos Masih Berstatus WNI, Dua Kali Ajukan Ganti Kewarganegaraan tapi Gagal

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Pemerintah memastikan bahwa status Paulus Tannos adalah WNI. Meski diketahui dari riwayat, Paulus Tannos telah dua kali mengajukan permohonan pelepasan kewarganegaraan. Menteri Hukum (Menkum) Supratman Andi Agtas pun optimistis proses ekstradisi Paulus Tannos berjalan lancar dengan pemerintah Singapura. Baca Juga : WNI Tak Melawan saat Ditembak Aparat Malaysia, Ini Penjelasan Direktur Perlindungan WNI […]

location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.