RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Indonesia menempati peringkat kelima di ASEAN untuk tingkat kelahiran tertinggi. Data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kelahiran total (Total Fertility Rate) Indonesia pada 2020 mencapai angka 2,18 yang berarti setiap Perempuan di Indonesia melahirkan sekitar 2 anak selama masa reproduktifnya.
Namun, masih banyak orang tua di Indonesia yang belum sepenuhnya siap secara pengetahuan dan mental untuk menghadapi perjalanan panjang dalam membesarkan anak, khususnya terkait pemantauan tumbuh kembang. Kurangnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini terhadap gangguan tumbuh kembang anak menjadi salah satu hambatan utama.
Sedangkan pemantauan tumbuh kembang bertujuan untuk mengetahui dan menemukan secara dini adanya penyimpangan pertumbuhan (status gizi kurang atau buruk, anak pendek), penyimpangan perkembangan (terlambat bicara), dan penyimpangan mental emosional anak (gangguan konsentrasi dan hiperaktif) agar dapat ditindaklanjuti segera agar hasilnya lebih baik.
Selain faktor kesadaran dan pengetahuan orang tua, keterbatasan ekonomi keluarga juga menjadi tantangan tersendiri. Sering ditemukan kurangnya pemantauan kesehatan tumbuh kembang anak terhalang oleh biaya pemeriksaan, pengobatan dan terapi yang kerap kali membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Krisna Sri Retnayu (44) adalah seorang Ibu dari tiga orang anak. Tergabung menjadi peserta JKN dalam segmen kepesertaan Peserta Penerima Upah (PPU) dari kantor tempat suaminya bekerja.
Ia menceritakan bagaimana Program JKN telah menjadi penyelamat dalam perjalanan untuk pengobatan anak pertamanya yang didiagnosis level 1 autisme, dimana kondisinya termasuk dalam spektrum autisme (ASD) ringan yang ditandai dengan tantangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas.
Saat anaknya pertama kali didiagnosis autisme ringan di umur 4 tahun, Krisna melakukan pengobatan dengan biaya mandiri yang cukup besar.
Namun, seiring pertambahan usia, anaknya yang saat ini sudah berumur 10 tahun ternyata masih memerlukan pengobatan dan terapi lanjutan.
Disinilah Krisna mulai memanfaatkan Program JKN.
”Saat itu anak saya kan sudah mulai tumbuh besar, sudah masuk kelas 4 SD. Tapi ternyata memerlukan terapi lanjutan ke dokter tumbuh kembang anak. Saya kira pengobatan tumbuh kembang anak hanya untuk balita yang belum memasuki umur bersekolah, tapi ternyata masih bisa dirujuk. Saya mulai memeriksakan anak saya memakai JKN di dokter umum pada faskes tingkat pertama, kemudian di rujuk ke dokter tumbuh kembang anak di rumah sakit, lalu dirujuk ke psikiater khusus remaja. Saya yang awalnya tidak mengira bahwa BPJS Kesehatan meng-cover hampir seluruh pengobatan penyakit menjadi sangat bersyukur karenanya,” ujarnya dengan haru (15/4).
Sejak saat itu Krisna rutin membawa anaknya menjalani terapi. Hal yang juga membuatnya kagum dengan Program JKN ini adalah adanya teknologi melalui Aplikasi Mobile JKN. Semua rujukan berjenjang online yang mudah dan cepat dimana hari ini di rujuk, besoknya sudah bisa mendatangi rumah sakit rujukan.
Begitu pula dengan sistem pengambilan antrian online memudahkannya untuk menjadwalkan appointment dengan dokter. Selama pelayanan juga Krisna tidak pernah diharuskan untuk iur biaya tambahan.
”Saya juga sempat kaget bahwa obat yang diresepkan oleh dokter cukup mahal karena obat untuk pertumbuhan otak dimana harus diminum setiap hari tanpa terlewat, dimana satu tabletnya bisa 30 ribu rupiah. Dan semua obat itu di tanggung oleh JKN selama 6 bulan berobat. Alhamdulilah saat ini kondisi anak saya dinyatakan sembuh dan prima. Saya tidak bisa membayangkan apabila harus menanggung pribadi semua biaya pengobatan, baik itu biaya konsul, terapi dan obat tanpa bantuan BPJS Kesehatan” jelas Krisna.
Menutup ceritanya, Krisna menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya untuk BPJS Kesehatan agar tetap sedia menjadi pelindung kesehatan masyarakat Indonesia.
Pengalamannya yang menyenangkan dengan pelayanan yang diberikan Program JKN juga mendorong Krisna untuk menyampaikan pesan bagi peserta JKN lainnya agar tetap terus aktif kepesertaanya agar bisa langsung digunakan saat sewaktu-waktu dibutuhkan ketika dalam kondisi tidak terduga.
”Saya berbagi cerita ini sebagai seorang Ibu yang sangat terbantu untuk pengobatan anak, saya juga ingin berbagi informasi dan pengalaman terutama kepada orang tua diluar sana yang mungkin belum tahu kalo BPJS Kesehatan melalui Program JKN ini melindung dan mencover pengobatan untuk gangguan tumbuh kembang dan psikiater anak dan remaja tentunya sesuai diagnonis medis. Saya harap juga BPJS Kesehatan terus mensosialisasikan programnya agar masyarakat luas lebih paham bahwa banyak sekali yang ditanggung oleh Program JKN ini. Terima kasih BPJS Kesehatan,” pungkas Krisna. (BS/rs/arh)
Live Update
- Hadir Lebih Dekat, BPJS Kesehatan Keliling Beredar di Kota Bandung 3 bulan yang lalu
- Pastikan Implementasi Transformasi Digital, Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Kunjungi RS Cahya Kawaluyan Bandung Barat 6 bulan yang lalu
- BPJS Kesehatan Gelar Sertifikasi Kompetensi untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Petugas PIPP Faskes 6 bulan yang lalu