News

Jangan Tertipu Matahari, Bandung Masih Terancam Hujan Lebat dan Angin Kencang

Radar Bandung - 13/05/2025, 09:34 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Ilustrasi panas terik. (Radar Jogja/JawaPos)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Cuaca di wilayah Bandung Raya dan sekitarnya diprediksi masih akan bersifat dinamis hingga beberapa hari ke depan. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, saat dikonfirmasi di Kota Bandung, Selasa (13/5/2025), menjelaskan sejumlah faktor atmosfer dan laut, baik dari skala global hingga lokal, turut memengaruhi kondisi cuaca yang terjadi belakangan ini.

Menurut Rahayu, secara umum dinamika atmosfer-laut global saat ini cenderung stabil. Nilai Southern Oscillation Index (SOI) tercatat di angka -3,6 dan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Demikian pula dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang berada di kisaran +0,5, masih dalam rentang normal. Indeks ENSO di kawasan Nino 3.4 pun menunjukkan nilai -0.03, juga berada dalam ambang normal dan belum berdampak signifikan terhadap pertumbuhan konvektif.

Namun, Rahayu menambahkan aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada di kuadran 5 (maritime continent) memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat.

“Keaktifan MJO inilah yang saat ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya potensi hujan di beberapa wilayah, termasuk Bandung Raya,” ujar Rahayu.

Lebih lanjut, Rahayu mengungkapkan dari aspek suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST), wilayah perairan sekitar Jawa Barat tercatat masih cukup hangat, dengan anomali suhu berkisar antara -1,0°C hingga +2,8°C. Kondisi ini mendukung terbentuknya awan-awan hujan, terutama pada siang hingga malam hari. Kelembapan udara di lapisan 850 hingga 700 mb pun tergolong lembap, berkisar antara 55–92%, yang berarti atmosfer cukup mendukung untuk perkembangan awan konvektif.

Rahayu menambahkan analisis pola angin menunjukkan perubahan arah dominasi angin dari monsun Asia menuju monsun Australia. Ini berarti angin baratan yang membawa kelembapan mulai tergeser oleh angin timuran yang cenderung lebih kering. Hal ini menandai awal transisi menuju musim kemarau.

Sementara itu, ia pun menjelaskan suhu di Bandung Raya menunjukkan fluktuasi. BMKG mencatat suhu minimum di bulan Mei mencapai titik terendah pada 2 Mei 2025 sebesar 19,8°C dan tertinggi pada 6 Mei 2025 mencapai 31,4°C.

“Saat siang hari suhu bisa cukup terik karena tutupan awan menipis, namun malam hingga dini hari terasa dingin akibat pelepasan panas permukaan bumi,” ungkapnya.

Menurutnya, sebagian wilayah Jawa Barat saat ini berada dalam fase peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau. Fenomena ini ditandai dengan berkurangnya intensitas hujan secara bertahap dan berkurangnya tutupan awan konvektif. Beberapa wilayah seperti Bekasi, Karawang, dan Indramayu bahkan sudah mulai memasuki awal musim kemarau sejak dasarian I April 2025, sedangkan sebagian besar wilayah Jawa Barat diperkirakan akan menyusul pada Juni hingga awal Juli.

Rahayu mengungkapkan BMKG memprakirakan cuaca di Bandung Raya pada 13 hingga 16 Mei 2025 umumnya masih cerah berawan hingga berawan, dengan potensi hujan ringan hingga sedang yang terjadi pada siang hingga malam hari. Suhu udara diperkirakan berkisar antara 20,0°C hingga 30,6°C dengan kelembapan udara di rentang 50–92%. Arah angin dominan dari tenggara dengan kecepatan antara 5–19 km/jam.

Rahayu mengatakan meskipun sebagian wilayah sudah memasuki masa transisi, dihimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem skala lokal.

“Hujan intensitas ringan hingga sedang masih mungkin terjadi dengan durasi singkat, namun dapat memicu genangan air atau tanah longsor di daerah rawan,” ujar Teguh Rahayu.

Ia juga mengingatkan masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan untuk segera mencari tempat perlindungan jika terjadi hujan deras atau angin kencang secara tiba-tiba. Rahayu meminta masyarakat untuk terus memantau informasi terbaru mengenai cuaca, iklim, dan gempa bumi melalui kanal resmi BMKG.

“Cuaca memang dinamis, tetapi kesiapsiagaan adalah kunci untuk mengantisipasi dampaknya,” pungkas Rahayu.(dsn)