RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung terus memperkuat upaya penanggulangan banjir sebagai bagian dari komitmen menjaga kenyamanan dan keselamatan warganya. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Binamarga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi dalam kunjungan kerja ke kawasan Maleer, Kamis (15/5/2025), turut mengungkap perkembangan terkini penanganan banjir di beberapa titik krusial.
Didi Ruswandi menjelaskan salah satu titik yang masih menjadi sorotan adalah kawasan depan Bumi Panyilekan, tepatnya di sekitar Jalan Soekarno-Hatta. Genangan air yang kerap muncul di lokasi ini bahkan masih terlihat hingga pagi hari setelah hujan deras mengguyur malam sebelumnya. Untuk merespons cepat situasi ini, tim Gober, pasukan kebersihan dan drainase di tingkat kelurahan, diturunkan secara intensif guna mempercepat surutnya air dan membersihkan saluran.
“Kami terus lakukan pantauan harian. Genangan di Panyilekan termasuk prioritas karena berdampak langsung ke arus lalu lintas utama,” ujar Didi, Kamis (15/5/2025).
Ia menambahkan kehadiran petugas lapangan sangat krusial dalam menjaga agar banjir tidak meluas atau mengganggu aktivitas warga.
Tak hanya soal genangan, Didi juga menyoroti permasalahan longsor yang terjadi di kawasan Cipaganti. Banjir di wilayah ini bukan hanya akibat intensitas hujan, tetapi juga disebabkan oleh kontur sungai yang curam. Hal ini menyebabkan aliran air memiliki energi kinetik yang tinggi dan berpotensi merusak struktur tanah di sekitarnya.
“Kondisi di Cipaganti lebih kompleks. Bukan hanya airnya deras, tapi juga menabrak tanah dengan kekuatan besar,” jelas Didi.
Menurutnya, untuk mengurangi dampak tersebut, pihaknya tengah mengkaji pembangunan check dam atau sengkedan struktur pengendali aliran air yang dapat memperlambat kecepatan arus dan meminimalisir potensi longsor.
Sementara itu, ia menambahkan persoalan lain muncul dari arah Komplek Pertamina Petra yang menjadi salah satu penyumbang debit air besar ke kawasan Soekarno-Hatta. Minimnya kolam retensi di area hulu menyebabkan air hujan mengalir langsung tanpa tertahan, memperparah genangan di kawasan hilir.
“Kami butuh ruang untuk menahan air. Kolam retensi itu mutlak, dan kawasan seperti Petra ini jadi perhatian khusus kami,” tambahnya.
Didi menegaskan dalam jangka panjang, pembangunan kolam retensi di kawasan-kawasan padat dan berbukit akan menjadi strategi kunci dalam pengendalian banjir Kota Bandung.
Langkah-langkah tersebut, lanjutnya, meskipun masih bertahap, dinilai penting untuk membangun ketahanan kota terhadap cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Dengan analisis teknis dan pendekatan kolaboratif, Pemkot Bandung berharap berbagai titik rawan banjir bisa ditangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.
“Kita sedang mengejar kota yang tangguh terhadap air, bukan sekadar kering sementara. Ini maraton, bukan sprint,” pungkas Didi.(dsn)