News

Kebut Sinkronisasi Pompa dan Kolam Retensi, Sumargo Jayaraya Menjaga Kota dari Genangan

Radar Bandung - 15/05/2025, 16:09 WIB
Diwan Sapta
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Kebut Sinkronisasi Pompa dan Kolam Retensi, Sumargo Jayaraya Menjaga Kota dari Genangan
Genangan air saat hujan turun di titik seputaran Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (14/5). (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Upaya memperkuat sistem pengendalian banjir secara menyeluruh, Pemerintah Kota Bandung terus mengoptimalkan kolaborasi antara teknologi pompa dan fungsi kolam retensi di sejumlah titik rawan. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Binamarga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengungkapkan hal ini saat melakukan kunjungan kerja ke kawasan Maleer, Kamis (15/5/2025).

Menurut Didi, pengendalian banjir perkotaan tidak bisa hanya mengandalkan satu solusi. Dalam kasus Kota Bandung, sistem drainase konvensional kini ditopang oleh keberadaan kolam retensi dan sumur pompa sebagai pengatur aliran air hujan yang deras dalam waktu singkat.

“Yang kami lakukan bukan cuma membuang air ke sungai, tapi mengatur kapan dan bagaimana air itu bisa mengalir dengan aman. Pompa dan kolam retensi itu bekerja sebagai sistem terpadu,” jelasnya.

Didi Ruswandi menjelaskan salah satu studi kasus yang kini menjadi perhatian adalah kolam retensi Sumargo Jayaraya, yang dirancang untuk mengatur aliran air dari kawasan padat ke arah hilir Pasantren. Kolam ini berfungsi sebagai penampung sementara saat debit air tinggi, terutama saat curah hujan ekstrem melanda.

Namun, Didi menambahkan sistem ini tidak bisa berjalan sembarangan. Didi menekankan pompa air yang dipasang tidak bisa langsung dioperasikan jika sungai di bagian hilir masih dalam kondisi penuh. Jika dipaksa, air justru bisa meluap kembali ke hulu, memperparah genangan.

“Sinkronisasi antara kondisi hulu dan hilir sangat penting. Kalau hilir belum surut, pompa harus ditunda agar tidak memicu limpasan balik,” ungkap Didi.

Kolam retensi Sumargo Jayaraya merupakan bagian dari sistem jaringan kolam serupa yang kini tersebar di beberapa wilayah Kota Bandung. Secara keseluruhan, Didi mengungkapkan panjang total kolam retensi yang sudah dibangun mencapai 390 hingga 400 meter. Ini menjadi tonggak penting dalam membentuk ekosistem kota yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem.

Selain itu, lanjutnya, DSDABM juga tengah melakukan penyesuaian terhadap sistem pemompaan otomatis agar lebih responsif terhadap kondisi nyata di lapangan. Teknologi sensor berbasis cuaca dan permukaan air akan dikembangkan untuk memperkuat ketepatan waktu operasi pompa.

Didi berharap, dengan infrastruktur yang semakin cerdas dan sistem yang makin terintegrasi, Kota Bandung dapat mengurangi risiko genangan berulang yang selama ini kerap menghantui warga saat musim hujan tiba.

“Pekerjaan ini bertahap, tapi arahnya jelas, menciptakan kota yang aman dari banjir lewat tata kelola air yang berbasis data dan sistem,” pungkasnya.(dsn)


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.