News

Berawal dari Pinggir Kota Bandung ke Istana, Sapi Ternak Lokal Dikirim untuk Presiden Prabowo

Radar Bandung - 05/06/2025, 15:47 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Ilustrasi. Sapi ternak unggulan. (Foto. Dok. Pemkot Bandung/For. Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Siapa sangka, dari sebuah kandang sederhana di Cilengkrang, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, lahir kepercayaan tingkat nasional. Peternak muda yang pernah diledek bau sapi, Vandri Dwitama, kini justru memasok hewan kurban untuk Presiden Republik Indonesia. Tak tanggung-tanggung, tahun 2025 giliran Presiden Prabowo Subianto yang membeli tiga ekor sapi jumbo miliknya untuk kurban Iduladha 2025.

Kepercayaan dari istana bukan hal baru bagi Vandri. Selama lima tahun berturut-turut, ia dipercaya menyuplai sapi untuk presiden, termasuk di era Joko Widodo. Namun, keberlanjutan kepercayaan ini di era kepemimpinan baru membuktikan kualitas tidak pernah bohong.

“Alhamdulillah, ini tahun kelima kita dipercaya. Sekarang Pak Prabowo yang beli. Ketiga sapi ini bobotnya masing-masing di atas satu ton,” ujar Vandri saat ditemui di peternakannya, di Cilengkrang, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, kemarin.

Vandri menjelaskan ketiga sapi jenis simental tersebut akan dikurbankan di tiga lokasi berbeda. Sapi seberat 1.217 kg dikirim ke Istana Bogor, 1.175 kg ke Masjid Al Ukhuwah Bandung, dan 1.054 kg ke salah satu pesantren di Indramayu. Meski sudah dibeli, semua sapi itu masih dirawat ekstra ketat di kandang, diberi pakan bernutrisi, karantina khusus, bahkan diajak jalan-jalan demi menjaga mood dan fisik mereka.

“Kalau sapinya stres, dagingnya bisa jelek. Kita rawat seperti anak sendiri,” ungkap Vandri.

Kisah Vandri tidak dibangun dalam semalam. Ia tumbuh di keluarga berlatar belakang perbankan. Namun sejak remaja, Vandri justru jatuh hati pada dunia ternak. Meski sempat bekerja tujuh tahun di industri keuangan, hati kecilnya tak pernah bisa lepas dari suara kambing dan bau sapi.

Pada 2010, bermodal delapan ekor domba dan tiga sapi, Vandri memulai dari nol. Awalnya hanya menjual hewan untuk akikah dan kurban. Ia bahkan sempat menjadi penjual dadakan di pinggir jalan saat Iduladha tiba.

“Buat muter modal, dulu saya jualan di pinggir jalan. Rasanya ya nano-nano. Tapi dari situ saya belajar kalau bisnis ternak bukan cuma soal jual beli, tapi tentang kepercayaan,” jelasnya.

Tanpa latar pendidikan peternakan, Vandri sadar ia harus menimba ilmu langsung dari sumbernya. Ia pun nekat keliling Pulau Jawa, dari Bandung ke Boyolali, dari Yogyakarta ke Blitar, semata untuk belajar cara merawat sapi besar.

“Saya main ke kandang-kandang peternak hebat. Tanya langsung, lihat langsung. Karena kalau tidak belajar, ya susah maju,” ungkapnya.

Ternyata tekad dan nekatnya berbuah hasil. Selain dipercaya oleh Presiden, sapi-sapi dari peternakannya juga menyabet juara nasional. Dua di antaranya kini dimiliki Haji Bambang di Bekasi dan Haji Ferry di United Farm.

DSP Farm, nama peternakan milik Vandri, kini menampung lebih dari 250 ekor hewan, terdiri dari 126 sapi dan 128 domba. Ia mempekerjakan sejumlah warga sekitar, dan setiap menjelang Iduladha, omzetnya bisa mencapai miliaran rupiah.

“Tahun 2022 kita sampai Rp 9,5 miliar, dan tahun 2025 diprediksi Rp 5 miliar,” jelasnya.

Namun meski kini menjadi pengusaha sukses, Vandri masih setia melakukan hal-hal kecil, menyuapi sapi, memandikan, hingga mengajaknya jalan kaki di sekitar kandang.

“Sapi itu seperti manusia. Kalau mood-nya jelek, nggak mau makan. Jadi harus diajak interaksi juga,” ungkap Vandri.

Di tengah budaya kota yang makin digital dan mall-sentris, Vandri justru menghidupkan kembali semangat urban farming. Ia kerap diundang ke berbagai forum pemuda untuk berbagi kisah suksesnya, sekaligus menyemangati agar profesi peternak tidak lagi dipandang sebelah mata.

“Bertani dan beternak itu bukan pekerjaan kampungan. Ini profesi masa depan kalau ditekuni. Bahkan bisa jadi ladang amal, selain menghasilkan,” ujarnya.

Ia pun kerap mengingatkan menjadi peternak bukan hanya soal keahlian teknis, tapi juga soal hati.

“Kuncinya itu rasa. Harus pakai hati kalau mau sukses di ternak,” pungkasnya.(dsn)