RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) membuat 3 alat kesehatan Covid-19.
Ketiga alat tersebut adalah hand sanitizer otomatis, prototipe ventilator atau resparator low-cost, dan bilik disinfektan ‘kabut’.
Menurut Ketua Tim Peneliti yang merupakan dosen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN SGD, Mada Sanjaya, ketiga alat tersebut merupakan hasil penelitian kolaborasi antara dosen, alumni dan mahasiswa UIN SGD.
Baca Juga: EDARAN MENAG: Salat Id Ditiadakan, Tarawih di Rumah, Bukber juga Dilarang
Menurut Mada, hal tersebut merupakan bentuk kontribusi sebagai akademisi untuk turut berupaya memutus rantai penyebaran wabah Covid-19 yang merebak di Indonesia.
“Ini bentuk kontribusi kami sebagai akademisi menanggapi wabah pandemi corona. Selain mengaplikasikan ilmu, diharapkan dapat membantu pihak yang membutuhkan,” ujarnya.
Baca Juga: Catat! Mulai Hari Ini, Pemerintah RI Wajibkan Keluar Rumah Gunakan Masker
Mada mengatakan, proses produksi ketiga alat tersebut berjalan sangat cepat. Proyek dapat diselesaikan dalam waktu tiga hari. Untuk bahan produksi, Mada dan tim menggunakan barang-barang yang murah dan mudah didapat.
“Untuk produksinya cepat sekali. Kita mulai produksi hari Sabtu (28/3), selesai Senin (30/3). Produksi alat menggunakan barang-barang disekitar kita, agar terjangkau dan low-cost juga,” ujarnya.
Baca Juga: Viral, Ibu Hamil PDP COVID-19 Sempat Curhat Live Facebook Sebelum Meninggal
Secara ringkas, Mada menjelaskan ketiga alat tersebut. Hand sanitizer otomatis, misalnya, dilengkapi dengan sensor sehingga bersifat non-contact.
Pengguna, kata Mada, tidak perlu menyentuh ketika akan menyemprotkan cairan sanitizer, cukup dengan mendekatkan tangan, alat tersebut akan berfungsi secara otomatis.
Baca Juga: Ulama Saudi: Istri Berhak ‘Tendang’ Suami dari Ranjang Jika Khawatir Tertular Virus Corona
Alat berikutnya adalah low-cost ventilator. Alat bantu pernapasan bagi pasien Covid-19 tersebut dibuat dengan budget yang murah.
Mada berharap, ventilator buatan timnya dapat membantu para pasien di saat kondisi ventilator di rumah sakit tidak memadai. Dalam proses produksi ventilator, diakui Mada, terdapat kendala.
Baca Juga: VIRAL! Video 2 Anak Kecil Ikut ke RSUD Cililin KBB setelah Kedua Orangtuanya Positif Corona
“Untuk ventilator awalnya kami kesusahan dalam melalukan digitalisasi pompa. Namun, setelah ditemukan caranya, proses produksi dapat berlanjut,” terang Mada.
Alat terakhir, bilik disinfektan ‘kabut’. Menurut Mada, bilik tersebut memiliki perbedaan operasi dengan bilik disifektan pada umumnya.
Baca Juga: Kasus Pertama di Dunia, Harimau Terinfeksi Virus Corona
Jika bilik desinfektan biasanya menggunakan system spray, maka bilik desinfektan ‘kabut’ ciptaan UIN SGD itu menggunakan sistem mist maker.
“Mist maker mampu mengubah partikel cairan menjadi partikel yang lebih kecil, partikel kabut. Mada mengatakan dengan menggunakan mist maker, desinfektan yang disemprotkan akan lebih merata,” ujarnya.
Baca Juga: Pemkot Bandung Sebut Virus Corona Telah Menyebar di Hampir Seluruh Kecamatan, Ini Datanya
“Untuk meminimalkan efek samping, setiap orang yang masuk ke dalam bilik disarankan untuk menggunakan masker,” tambahnya.
Hingga kini, bilik desinfektan ciptaan Tim UIN SGD sudah terpasang dan berfungsi sebanyak empat unit.
Rencananya, pekan depan akan ditambah enam unit. Bilik-bilik disinfektan tersebut bakal disebar di sejumlah pesantren dan masjid di daerah Bandung dan Kuningan.