News

Ini Potensi Bencana yang Perlu Diwaspadai di Kota Bandung

Radar Bandung - 28/10/2020, 12:13 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Dian Rudianto

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Jumlah beberapa kejadian bencana hidrometeorologi di Kota Bandung pada tahun 2020 meningkat dari tahun lalu.

Berdasarkan data Dinas Kebakaran dan Penanggulangan kebakaran (Diskar PB) Kota Bandung, jumlah bencana tahun lalu ada sebanyak 39 kejadian, sementara tahun ini 43 kejadian dengan periode yang sama.

“Kami berharap jumlah ini tidak lagi bertambah pada bulan bulan selanjutnya,” ujar Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Dian Rudianto.

  • Bencana longsor Kota Bandung sudah terjadi 19 kali

Dian menyebut, kejadian longsor pada 2019 lalu terjadi sebanyak 7 kali. Sedangkan tahun ini tercatat sudah 19 kali.

Kemudian bencana kirmir roboh tercatat sudah terjadi sebanyak 10 kali tahun ini. Padahal sepanjang tahun lalu tidak terpantau ada peristiwa kirmir roboh.

Untuk kasus banjir, pada 2019 dan 2020 terjadi 11 kali. Sedangkan angin puting beliung 2 kejadian pada 2019 dan 1 kejadian pada 2020.

Pada tahun 2019 terjadi 16 kali pohon tumbang. Sedangkan tahun ini 9 kali. Sementara bangunan roboh pada 2019 sebanyak 3 kali, dan tahun ini tidak ada bangunan roboh.

Bencana hidrometeorologi pada 2019 terdapat 39 kejadian. Sedangkan 2020 hingga September terjadi 43 kejadian.

“Ditambah kemarin seperti Cidadap, Astananayar, Pagaraih, Sukagalih, jadi sampai sekarang ada 48 peristiwa,” ujarnya.

Kendati penanggulangan bencana Kota Bandung tergabung dalam satu dinas, yakni Diskar PB, namun Pemkot Bandung sudah membuat Satlak khusus.

Yaitu Satlak Penanggulangan Bencana yang berisi gabungan unsur pemerintahan.

“Untuk Diskar PB kita ada 350 orang personil siap siaga penuh, termasuk pada empat UPT (Unit Pelaksana Teknis). Setiap UPT berjaga 10-15 orang,” katanya.

  • Potensi bencana lain

Selain banjir dan longsor, Diskar PB Kota Bandung mengimbau masyarakat agar ekstra waspada saat memasuki musim penghujan.

“Ada potensi lain yang perlu masyarakat waspadai, misalnya kirmir roboh atau tanggul jebol,” ucap Dian.

Dian mengingatkan, bencana berpotensi terjadi bukan hanya karena curah hujan tinggi, tetapi juga mengingat kondisi bantaran sungai yang semakin padat oleh bangunan dan tidak terawat dengan baik.

Menurut Dian, Kota Bandung berada pada cekungan terendah. Sehingga debit air sungai yang mengalir akan lebih besar sekalipun kawasan kota belum terjadi hujan.

“Walaupun Kota Bandung belum turun hujan, kita sudah lebih dulu dapat kiriman air apabila kawasan utara sudah hujan. Makanya kalau kita minta perkiraan cuaca ke BMKG itu bukan untuk Kota Bandung tapi untuk Bandung dan sekitarnya,” jelasnya.

Baca Juga: Hadapi Bencana Hidrometeorologi, Ridwan Kamil Berikan Commander’s Briefing kepada Para Kalak BPBD se Jabar

Menurut Dian, setiap daerah bantaran sungai memiliki potensi yang sama terjadi kirmir roboh. Terlebih daerah permukiman yang bangunannya terus merangsek ke pinggir bantaran sungai.

“Seluruh daerah aliran sungai rawan. Karena pembangunan sekitar daerah aliran sungai ini berisiko. Menambah ruangan sampai ke bantaran sungai. Padahal itu tidak boleh,” jelasnya.

Baca Juga: Abrasi Gerogoti Sungai di Citepus, 1 Rumah Ambruk

Pada bagian lain, sebagai antisipasi bencana besar, Dian mengingatkan aparat kewilayahan lebih waspada.

Sedangkan kepada masyarakat, Dian mengingatkan memilih tas khusus untuk menyimpan berkas dan surat-surat penting. “Sehingga bisa mengamankan dengan mudah jika terjadi bencana,” pungkasnya.

(mur)