RADARBANDUNG.id, MARGAHAYU – Pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Bandung 2020, dinilai tak siap mengeluarkan solusi konkrit terkait permasalahan di Kab. Bandung dalam debat publik kedua Paslon Bupati Bandung.
Termasuk Cawabup yang dinilai hanya sebagai “pelengkap penderita”.
Pengamat Politik Unpar Bandung, Asep Warlan Yusuf mengatakan, tema dari debat publik sejatinya bagus.
Yakni, tentang sinergi daerah dengan provinsi maupun pusat, yang kemudian dibreakdown dalam berbagai macam isu.
Seperti tata ruang, banjir, daerah aliran sungai (DAS), lingkungan, mobilitas masyarakat, hingga sampah.
Namun sayang, para peserta debat yang berlangsung di Kopo Square, Margahayu, Sabtu (14/11) malam itu, ia nilai kurang siap dengan solusi.
“Lagi-lagi jawabanya perlu kerjasama, perlu partisipasi, perlu ada sinergi, itu standar. Hemat saya, itu bukan solusi, jadi tidak ada solusi konkrit (yang muncul),” kata Asep via telepon.
“Sangat menyayangkan kesiapan substansi tentang tema ini, belum disiapkan dengan baik, padahal itu bisa diantisipasi oleh tim sukses. Untuk substansi menguji kapasitas dan kompetensi, tidak tergali disitu (dalam debat),” ujarnya.
Seharusnya, Asep katakan, tim sukses masing-masing paslon bisa menyiapkan substansi atau point-poin strategis. Jadi tidak terkesan monoton.
Asep menilai, dalam segmen tanya jawab, semua paslon tidak bisa menampilkan solusi terobosan, solusi yang baru dan solusi yang bisa memberikan perhatian dan minat publik.
“Kalau hanya mengajak semua pihak bekerjasama untuk bersinergi, standar sekali jawaban mereka,” ucap Asep.
Asep juga menyoroti Cawabup. Menurutnya, kurang bisa mengimbangi dan tidak begitu kuat dalam penyampaian substansi. Sehingga, terkesan “pelengkap penderita”.
Seharusnya, harus ada persiapan yang matang. Karena debat yang bagus itu bisa mengoreksi, mengklarifikasi, bahkan ada rekomendasi baru.
“Debat berikutnya, kalau tidak siapkan dengan baik, ya monoton. Harus ada pelatihan dalam debat itu dan substansinya disiapkan dengan sangat baik dan cermat, penuh dengan data yang berbicara, bagaimana cara mengcounter orang, mengkonfirmasi, mengklarifikasi, mengoreksi pendapat paslon lain,” tuturnya.
Asep menyarankan KPU agar tema debat selanjutnya bisa dibuka sejak awal agar tema bisa dirumuskan oleh para paslon. Sehingga bisa menghasilkan poin penting.
“KPU harus mengajukan topik jauh-jauh hari, supaya mereka betul-betul siap, ini kan penting, jangan sampai dipermalukan karena tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik,” ujar Asep.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan dalam debat kedua, tidak lebih baik dari yang pertama.