Dulu, Satu Foto Antre 45 Menit, Sekarang: Sepuasnya
PARIWISATA Bali babak belur digebuk pandemi Covid-19. Tim Gerakan Anak Negeri merasakan itu sendiri, Selasa (14/9). Jalanan yang biasanya macet, kini sepi. Deretan pertokoan menutup dan mengunci rapat rolling door. Bak kota mati.
Laporan: IMAM RAHMANTO
SUARTA (35) hanya bisa tersenyum kecut ketika ditanya seputar kondisi pariwisata di Bali. Sudah lebih 17 bulan, Bali hidup dalam sunyi. Keramaian di hotel tempatnya bekerja, tidak terlihat lagi. Kedatangan Tim Gerakan Anak Negeri, bisa dibilang penyambung napas.
“Hotel ini, satu dari sekian hotel yang masih sanggup beroperasi di Bali. Yang lainnya sudah pada tutup,” ujarnya kepada Radar Bogor yang ikut dalam rombongan.
Suarta, yang bekerja sehari-hari sebagai resepsionis, merasakan betul bagaimana kondisi Bali, saat marak-maraknya kasus Covid-19. Semua sektor usaha tutup. Termasuk hotel tempat dia bekerja, salah satu hotel bintang empat, di jantung area populer: Kuta.
Radar Bogor menyaksikan sendiri apa yang diucapkan Suarta. Sepinya wisata Bali sudah terlihat selepas rombongan Gerakan Anak Negeri meninggalkan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Senin (13/9) malam. Jumlah penumpang kapal feri yang ditumpangi bisa dihitung dengan jari.
Baca Juga: Ekspedisi Gerakan Anak Negeri, Menyusuri 5.000 Kilometer Jawa-Bali
Tak ada kepadatan. Tim Gerakan Anak Negeri yang berjumlah 12 orang justru menjadi kelompok paling ramai. Bahkan, kursi-kursi penumpang di dalam geladak dibiarkan kosong. Hanya terlihat sepasang penumpang yang menunggui penyeberangan dari dalam geladak.
Perjalanan lintas laut ini, memakan waktu sekitar 45 menit. Rombongan yang dikomandoi CEO Radar Bogor Group sekaligus Inisiator Gerakan Anak Negeri, Hazairin Sitepu itu, tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali sekitar pukul 20.00 WITA.
Di sana, tim harus melewati pemeriksaan sertifikat vaksin maupun KTP di pintu masuk Bali tersebut. Setelah itu, rombongan langsung menggeber kendaraan menuju Kuta, pusat wisata Bali. Dalam perjalanan inilah, kondisi wisata Bali yang terpuruk terlihat.
Baca Juga: Disparbud Pantau Pariwisata di 11 Daerah Level 2
Deretan pertokoan, warung makan hingga toko suvenir tertutup rapat. Kerlap-kerlip lampu gedung tampak lebih sayu. Hotel-hotel yang masih beroperasi juga sangat terbatas. Salah satunya hotel tempat Tim Gerakan Anak Negeri menginap yang berada di Kuta.
Tempat yang terkenal sebagai pusat wisata Bali itu, juga sepi. “Bule” yang biasa lalu-lalang di jalan tak terlihat. Seperti mencari jarum di atas tumpukan jerami.
Apakah karena malam hari? Ternyata tidak, keesokan paginya (24/9) juga sama. Pelancong yang terlihat, justru mayoritas wisatawan lokal.