RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Seiring bertambahnya usia dan meningkatnya kedewasaan, banyak cara yang bisa dilakukan seorang anak untuk menunjukkan tanda bakti kepada orang tua.
Salah satunya adalah dengan memastikan mereka memiliki jaminan kehidupan yang layak, terutama dalam aspek kesehatan. Hal inilah yang dilakukan oleh Wulan Marta (41), seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami, anak, dan ibundanya tercinta, Ida (65), di Kabupaten Garut.
Meskipun Wulan, suami, dan anaknya telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui kepesertaan dari kantor suami, ia menyadari bahwa ibundanya juga membutuhkan perlindungan yang sama.
Maka dari itu, Wulan dengan penuh kesadaran mendaftarkan ibunya sebagai peserta Program JKN melalui kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau yang lebih dikenal sebagai peserta mandiri.
Rutin membayar iuran menjadikan kepesertaan JKN tetap aktif dan siap sedia digunakan kapanpun dibutuhkan. Seperti saat Ida tiba-tiba mengalami serangan sesak nafas karena lonjakan tekanan darah dari penyakit hipertensi yang dideritanya.
”Ibu saya awalnya sehat seperti biasa, namun tiba-tiba mengalami serangan sesak dan kami langsung larikan ke IGD terdekat. Sampai di sana, saya ditanya apakah beliau punya BPJS Kesehatan? Saya jawab iya, dan statusnya aktif. Alhamdulillah langsung bisa digunakan,” kenang Wulan (16/04).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 47 Tahun 2018 yang menentukan kriteria gawat darurat, yakni keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan, dimana beberapa kriterianya termasuk adanya gangguan pada jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi serta adanya gangguan hemodinamik (berkaitan dengan aliran darah, jantung, dan pembuluh darah) seperti yang saat itu dialami oleh Ida.
Setelah pemeriksaan di IGD, Ida terdiagnosa mengalami penyumbatan aliran darah ke jantung sehingga memerlukan tindakan pemasangan ring jantung. Ida yang berdomisili asal dari Kabupaten Garut akhirnya mendapatkan rujukan ke rumah sakit di Kota Bandung untuk melaksanakan prosedur tersebut.
”Ketika Ibu saya mulai diperiksa lalu dirawat sementara di Garut hingga sampai dirujuk ke Rumah Sakit Bandung berjalan lancar. Saat di Bandung, kami juga merasakan prosesnya mudah, tidak seperti kabar simpang siur kalau memakai BPJS Kesehatan maka pelayanannya akan dibawah standar. Buktinya kami dilayani dengan baik, mulai dari administrasi, keramahan perawat hingga dokter yang sangat profesional dan detail menjelaskan untuk proses pemulihan Ibu saya,” ungkap Wulan dengan antusias.
Tak hanya itu, Wulan turut menegaskan bahwa selama proses pengobatan, tidak ada pembatasan hari rawat inap, tidak ada diskriminasi layanan, dan tidak pernah sekalipun pihak keluarga merasa diabaikan.
Ida menjalani proses pemulihan pulang pergi rumah sakit selama hampir satu tahun pasca pemasangan ring, hingga akhirnya dokter memutuskan bahwa prosedur operasi bypass jantung menjadi langkah medis berikutnya.
Sayangnya, meskipun seluruh upaya terbaik telah diberikan, Ida tak dapat bertahan usai operasi tersebut. Kepergian sang ibu tentu menjadi duka mendalam bagi keluarga, namun Wulan memilih untuk memandangnya dari sisi yang lebih luas.
“Saya memang sangat sedih kehilangan Ibu, tapi saya juga sangat bersyukur karena bisa secara maksimal provide pengobatan terbaik sampai akhir hayat Beliau. Semua tindakan medis dari awal sampai akhir ditanggung penuh oleh Program JKN. Tidak ada biaya tambahan sepeser pun, padahal kalau dihitung-hitung biaya pengobatannya bisa lebih dari lima ratus juta rupiah,” ungkapnya penuh haru.
Wulan mengakui bahwa Program JKN telah menjadi jalan usaha bagi keluarganya untuk memberikan perlindungan terbaik bagi orang tua yang sangat mereka cintai.
“Saya tidak bisa bayangkan kalau tidak punya BPJS Kesehatan. Dari mulai kateterisasi pembuluh darah, pemasangan ring, sampai operasi besar seperti bypass semuanya dicover. Program ini betul-betul meringankan kami,” ujar Wulan.
Di akhir perbincangan, Wulan menyampaikan pesan untuk seluruh masyarakat agar tidak ragu menjadi peserta JKN. Ia percaya bahwa kesehatan adalah investasi penting yang tidak bisa ditunda.
“Tidak ada ruginya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Ini adalah bentuk ikhtiar kita menjaga kesehatan dan memberikan perlindungan bagi diri dan keluarga. Saya juga berharap BPJS Kesehatan terus meningkatkan pelayanannya agar makin banyak masyarakat yang percaya dan merasakan manfaatnya seperti kami,” pungkasnya. (BS/rs/arh)
Live Update
- Hadir Lebih Dekat, BPJS Kesehatan Keliling Beredar di Kota Bandung 1 bulan yang lalu
- CKG Bisa Picu Peningkatan Klaim Biaya Berobat, BPJS Kesehatan Tegaskan Siap Membiayai 3 bulan yang lalu
- Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Berikan Penghargaan Transformasi Digital kepada RS Cahya Kawaluyan 4 bulan yang lalu