RADARBANDUNG.ID, WASHINGTON DC – Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas.
Kali ini, isu visa mahasiswa menjadi sorotan utama pemci memansanya hubungan Amerika Serikat dan China.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio, mengumumkan rencana untuk mencabut visa mahasiswa asal China yang memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis China atau yang sedang menempuh studi di bidang-bidang krusial.
Dikutip dari laman ademsari.co.id ,langkah ini dianggap sebagai upaya untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah potensi penyalahgunaan teknologi dan informasi oleh pihak asing.
Namun, kebijakan ini juga memicu kontroversi dan kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional serta institusi pendidikan tinggi di AS.
Putri Xi Jinping Jadi Sorotan
Di tengah kebijakan baru ini, nama putri Presiden China, Xi Jinping, yakni Xi Mingze, kembali mencuat.
Beberapa tahun lalu, beredar kabar bahwa Xi Mingze pernah menempuh pendidikan di Universitas Harvard dengan menggunakan nama samaran.
Meskipun tidak pernah dikonfirmasi secara resmi, informasi ini kembali menjadi perbincangan hangat.
Seorang aktivis sayap kanan AS, Laura Loomer, melalui media sosial, menyerukan agar pemerintah AS segera mendeportasi Xi Mingze sebagai bagian dari kebijakan baru terhadap mahasiswa China.
Seruan ini mendapat dukungan dari sebagian pendukung mantan Presiden Donald Trump, yang dikenal dengan sebutan MAGA.
Reaksi Publik dan Pemerintah
Seruan untuk mendeportasi putri Xi Jinping menuai beragam reaksi.
Sebagian pihak mendukung langkah tersebut sebagai bentuk ketegasan terhadap China, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan berlebihan dan tidak berdasar.
Pemerintah China sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini.
Namun, sebelumnya, mereka telah menyatakan keprihatinan terhadap kebijakan visa baru AS dan meminta agar hak-hak mahasiswa internasional dihormati.
Dampak pada Mahasiswa Internasional
Pantauan Berita hari ini dan kebijakan pencabutan visa ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional, khususnya yang berasal dari China.
Banyak dari mereka yang merasa tidak pasti dengan masa depan studi mereka di AS.
Beberapa universitas juga menyatakan keprihatinan mereka terhadap dampak kebijakan ini terhadap keragaman dan pertukaran budaya di kampus.
Selain itu, kebijakan ini juga dapat mempengaruhi hubungan diplomatik antara AS dan China, serta berdampak pada kerja sama di bidang pendidikan dan penelitian.
Isu pencabutan visa mahasiswa China oleh pemerintah AS menambah ketegangan dalam hubungan antara kedua negara.
Seruan untuk mendeportasi putri Presiden Xi Jinping menunjukkan bagaimana isu ini telah menjadi bagian dari perdebatan politik yang lebih luas.
Dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa yang terdampak langsung, tetapi juga oleh komunitas akademik dan hubungan internasional secara keseluruhan.(**)