RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Bandung, M. Rasyid Rajasa menyebut saat ini peran dan partisipasi kaum muda menjadi kian strategis dalam perpolitikan di negeri ini.
Pasalnya, data menunjukkan bahwa generasi milenial dan gen-z (zilenial) memiliki saham terbesar pada Pemilu 2024. Oleh karena itu, dia memandang saat ini anak muda akan menjadi penentu arah masa depan bangsa.
Rasyid menjelaskan, saham yang dimaksud merujuk data KPU yang menyebutkan mayoritas pemilih di Pemilu 2024 didominasi kelompok milenial dan zilenial. Total pemilih dari kelompok ini lebih dari 113 juta suara atau 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih.
“Itu artinya anak-anak muda dapat menentukan ke mana negara ini akan dibawa ke depannya,” ujar Rasyid saat dalam seminar politik bertajuk ‘Peran Generasi Zilenial Pra dan Pasca Pemilu 2024’ yang digelar HIMA-HIMI Persis Cimahi beberapa waktu lalu.
Di awal diskusi, Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR RI dapil Jawa Barat I ini menyinggung peran kaum intelektual muda bangsa ini dalam menyongsong kemerdekaan Bangsa Indonesia, seperti dibentuknya organisasi Budi Utomo, ikrar Sumpah Pemuda hingga mendesak kelompok tua agar segera mengumandangkan proklamasi kemerdekaan.
“Sejarah kita juga menguatkan itu, di mana sejak era pra kemerdekaan gerakan anak-anak muda selalu menjadi kunci dalam perkembangan politik,” ungkapnya kepada puluhan audiens yang hadir.
Rasyid juga menjelaskan mengapa para founding fathers Indonesia memilih Demokrasi sebagai sistem pemerintahan.
Baca Juga: 1.300 Warga 5 Kecamatan Jalan Sehat Bersama Rasyid Rajasa
Padahal monarki atau aristokrasi adalah sistem pemerintahan yang tidak asing di Indonesia sejak ratusan tahun sebelum merdeka sebagai negara bangsa.
Dalam ulasannya, anak bungsu politisi senior Hatta Rajasa ini menyebutkan, pemilu yang menjadi proses regenerasi kepemimpinan dalam sistem demokrasi merupakan bentuk penghormatan kedaulatan rakyat.
“Pemilu memberi ruang partisipasi bagi “orang biasa” untuk menentukan arah negara setiap lima tahun dengan adanya representasi dan partisipasi,” kata Rasyid.
Baca Juga: Pencurian Motor jadi Tindak Pidana Terbanyak di Kota Bandung
Ia memaparkan, representasi tak lain adalah keterwakilan suara rakyat yang diwakili oleh para anggota parlemen.
Dalam konteks saat ini, representasi merupakan para caleg yang sedang berkompetisi di pemilu. Sementara partisipasi adalah ruang bagi publik untuk terlibat dalam kegiatan politik, dan pengambilan keputusan.
Sesi diskusi dalam seminar politik ini terpantau berlangsung sangat interaktif. Para kader HIMA-HIMI Persis Cimahi dengan argumentasi dan pertanyaan-pertanyaan kritis terlihat menikmati dialektik dalam diskusi itu.
Baca Juga: Rasyid Rajasa dan Niniet Kaluna Ingin Perempuan Punya Ruang Nyaman dan Aman dalam Berkarya
Ai Susanti misalnya, pandangan tajamnya menyoroti sistem atau model rekrutasi kontemporer partai dan keterlibatan perempuan dalam politik dan di parlemen.
Sorotan tersebut ditanggapi Rasyid dengan mengambil contoh dan pendekatan langkah-langkah visioner kepemimpinannya di DPD PAN Kota Bandung.
Sementara Nouval mempertanyakan stereotipe anak muda cenderung apolitis atau apatis pada masa depan negara ini.
Baca Juga: Warga Serbu Kegiatan Sehat Mudah DPD PKS Kota Bandung
Merespon pertanyaan itu, Rasyid menyebut bahwa anggapan itu agak berlebihan. Karena menurut Rasyid, survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) setahun lalu mengungkap bahwa pemilih muda semakin banyak yang antusias terhadap pemilu dalam dua periode terakhir.
Pada Pemilu 2014, 85,9 persen kelompok muda ikut mencoblos kertas suara di TPS. Lalu di 2019 angkanya naik menjadi 91,3 persen.
“Ini menunjukkan bahwa kaum muda menyadari pentingnya “partisipasi” dalam pemilu. Mereka tidak apolitis maupun apatis. Kalau generasi muda sekarang apatis atau apolitis, seminar politik ini mungkin nggak terlaksana dan teman-teman nggak hadir di sini saat ini,” cetusnya. (*/arh)