News

Ruang Kreatif Tidak Cukup Hanya Sekadar Dibangun, Harus Ada Upaya Menghidupkan

Radar Bandung - 30/04/2024, 20:25 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Sejumlah fasilitas untuk ruang kreatif bagi anak muda di Kota Bandung dinilai belum dimanfaatkan dengan baik. Pemerintah harus bisa menemukan solusi agar potensi industri kreatif bisa terus tumbuh.

Hal ini mengemuka saat tokoh pemuda Kota Bandung, Arfi Rafnialdi menjadi narasumber dalam kegiatan bertajuk ‘Diskusi Pemuda untuk Pembangunan Kota Bandung’, Selasa (30/4). Dalam acara tersebut dia menerima banyak keluhan dan masukan mengenai upaya menghidupkan ruang kreatif.

Salah satu yang disorot adalah pusat kepemudaan atau youth centre dan youth space di Kota Bandung yang justru banyak tidak terpakai. Para anak muda kerap kesulitan untuk melalui tahap birokrasi.

Menurut dia, hal ini bisa diselesaikan dengan cara duduk bersama dan membahas solusi. Pasalnya, dari kedua belah pihak terdapat argumen yang tidak sejalan. Padahal, bisa diselesaikan.

“Birokrasi punya sifat alamiah dia harus taat aturan, kalau tidak paham diartikan ribet. Pemerintah harus taat aturan agar pertanggungjawaban dana yang diambil dari pajak bisa akuntabel. Penyederhanaan birokrasi dengan digitalisasi bisa menjadi solusi,” ucap dia usai acara.

Sebab lainnya, ia menduga infrastruktur yang sudah ada tidak mengakomodir kebutuhan kelompok anak muda. Hal itu bisa terjadi karena dalam prosesnya, anak muda atau yang berkecimpung di industri kreatif tidak dilibatkan.

“Yang dibutuhkan pemuda dari pemerintah adalah fasilitas berupa adanya infrastruktur dan insentif program itu yang perlu diberikan pemerintah. Misalnya, kita punya youth center, sebagian aktif sebagian tidak. Sebetulnya banyak juga inisiatif para pemuda yang ternyata tidak nyambung dengan keberadaan Youth center, ” kata Arfi.

Ada banyak kegiatan yang akhirnya berlangsung secara mandiri dan berkelanjutan tanpa memanfaatkan fasilitas dari pemerintah. Salah satu contoh, kelompok pemuda di daerah Cibunut, Kota Bandung, aktif bergerak selam 7 tahun dengan tema Cibunut Berwarna

“Sampai sekarang Cibunut Berwarna itu sustain (bertahan). Kemarin saya ketemu teman teman Karasa di Cijerah, itu juga ternyata mereka punya berbagai program yang memberdayakan pemuda seeprti bikin festival, rumah hantu dan segala macam dan itu ternyata masih mandiri, tidak nyambung dengan Youth center, ” ungkapnya.

Pemerintah perlu mendengarkan lagi keinginan pemuda di Kota Bandung secara langsung agar bisa tepat dalam memfasilitasi keinginan, kemampuan serta passion pemuda Kota Bandung dalam bentuk kebijakan publik berupa infrastruktur dan insentif.

“Saya membayangkan forum yang mempertemukan antara organisasi pemuda dengan pemerintahan kota, supaya nyambung antara semangat pemuda, kebijakan dan anggaran. Jadi bisa klop, jangan sampai sudah dibuatkan bangunan tapi tidak kepakai atau ada semangat dari anak muda tapi tidak difasilitasi. Ketersambungan ini yang harus dijaga Pemkot Bandung, ” pungkasnya.

(dbs)