News

Angelica Gracia Suarakan Sentimen Stereotip Perempuan Melalui Film dan Seni Instalasi

Radar Bandung - 10/12/2024, 14:47 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id- Program Studi Film Televisi Universitas Pendidikan Indonesia kembali menggelar ‘Cinefuture’. Salah satu karya yang menyita perhatian yakni bangunan rumah merah yang berdiri tengah lobi gedung FPSD.

Rupanya, rumah tersebut merupakan karya seni bernama ‘Rumah Puan’ yang dibangun oleh Angelica Gracia sebagai bagian dari karya film experimentalnya. Dalam filmnya, ia berupaya mengkritik pandangan stereotype masyarakat terhadap perempuan yang telah menikah harus bertanggungjawab dengan segala bentuk pekerjaan rumah.

Pandangan tersebut bagi Perempuan yang akrab disapa Angel ini merupakan suatu sentimen yang keliru dan sangat merendahkan esensi peran perempuan dalam kehidupan rumah tangga.

“Saya ingin memberikan pesan bahwa laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga, bukan membebani atau mem-‘babu’-i salah satu peran. Saya tidak ingin prinsip yang keliru ini terus tertanam di masyarakat dan ternormalisasi sebagai suatu norma baku dalam kehidupan,” jelas dia.

Disparitas tersebut banyak digambarkan dalam film ‘Rumah Puan’ melalui tokoh-tokoh perempuan yang diliputi pekerjaan rumah yang tak kunjung usai dengan ekspresi tokoh yang kerap tertekan. Warna kelabu yang membalut Layar film juga mencoba menyampaikan emosi kelam yang ingin disampaikan kepada apresiator.

Apresiator dapat masuk secara bergiliran ke Rumah Puan dan menonton 2 film pendek eksperimental karya Angle di dalam kamar-kamar mungil yang iya Bangun. Sembari menonton, apresiator diharapkan dapat merasakah langsung situasi rumah yang dikelilingi perabot-perabot rumahan yang biasanya menjadi menjadi alat kerja dan pekerjaan seorang ibu rumah tangga.

Atmosfer ini dibangun agar apresiator dapat turut merasakan tekanan dan emosi yang dirasakan para perempuan di rumah yang menjadi ‘korban’ ideologi stereotip sehingga diharapkan dapat terbangun kesadaran kolektif tentang kekeliruan stereotip tersebut yang harus dikoreksi atau bahkan ditinggalkan.

Diketahui, Cinefuture adalah rangkaian acara yang terdiri dari workshop, pameran dan Simposium Internasiona. Cinefuture merupakan ajang relevansi dalam dunia gambar bergerak sebagai medium karya seni yang hadir dengan membawa sinema melalui tema “Tubuh Sinema” pada pameran dan juga isu “REPRESENTASI TUBUH DALAM SINEMA”.

Pada simposiumnya, Cinefuture akan membawa pertanyaan tentang bagaimana tubuh digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan cerita, emosi, dan ide dalam film. Acara ini juga diadakan sebagai tahapan aktualisasi mahasiswa Film dan Televisi yang merupakan bagian dari seniman gambar bergerak untuk memahami relevansi ketubuhan dengan medium karya film sebagai karya seni.

Gelaran Cinefuture menghadirkan 35 karya film, 20 karya animasi, 3 karya program televisi dan 1 karya kajian media. (dbs)