RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kawasan Maleer di Kota Bandung tengah memasuki fase transformasi yang menyimpan harapan besar. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Binamarga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi saat melakukan kunjungan lapangan ke wilayah Maleer, Kamis (15/5/2025) mengungkapkan Maleer disiapkan menjadi kawasan tematik dengan konsep unik, kota yang hilang.
Konsep ini, menurut Didi, bukan sekadar jargon. Maleer diharapkan bisa menghadirkan suasana tempo dulu yang kuat, lengkap dengan nuansa vintage yang membangkitkan nostalgia. Gagasan tersebut awalnya merupakan kelanjutan dari proyek revitalisasi yang dikenal dengan nama Citarum Harum, namun kini diarahkan untuk menjadi wajah baru kawasan kota yang sarat sejarah.
“Idenya adalah menghadirkan suasana masa lalu, seperti kota lama yang kembali ditemukan, di balik ide besar itu, ada sejumlah kendala yang membuat eksekusinya tidak berjalan sesuai harapan,” ujar Didi.
Didi menjelaskan salah satu tantangan utama adalah masalah anggaran. Selama setahun terakhir, proyek penataan sempat terhenti karena tidak tersedianya dana yang cukup. Selain itu, sebagian warga tidak memberikan izin rumah mereka dijadikan bagian dari lanskap bergaya tua, membuat estetika kawasan terlihat belum seragam.
“Kalau dari segi tampilan, kami akui memang masih belum terasa cukup vintage. Tapi sebagai solusi sementara, kami mulai dari pagar-pagar kawasan yang dibuat dengan gaya lama,” jelas Didi.
Ia menambahkan meski masih jauh dari kata sempurna, kawasan ini dinilai menyimpan potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Tak hanya sebagai ruang kota yang nyaman, tapi juga sebagai destinasi wisata tematik di masa depan. Bahkan, wacana menjadikan Maleer sebagai pusat kuliner dan ruang berkumpul komunitas sempat muncul dalam tahap perencanaan awal.
“Kalau jadi tempat wisata atau kuliner, ya tentu harus ada kerja sama lintas dinas. Bukan hanya kami di DSDABM,” tambahnya.
Didi menekankan langkah lanjutan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai sektor lain di Pemerintah Kota Bandung.
Lebih lanjut, Didi mengungkapkan ide menjadikan kawasan ini sebagai titik kumpul komunitas lari atau kegiatan olahraga lainnya juga pernah dibahas. Namun, jalur buntu dan belum terintegrasinya infrastruktur menjadi ganjalan yang masih harus diselesaikan.
Meskipun banyak tantangan menghadang, semangat untuk menata Maleer tak surut. Didi optimistis dengan dukungan semua pihak, kawasan ini bisa menjelma menjadi ruang kota yang hidup, menarik, dan penuh makna sejarah.(dsn)