RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Gemerlap Kota Kembang yang terus berbenah jadi kota kreatif dan ramah wisatawan, ada ancaman laten yang mengintai generasi mudanya, peredaran minuman keras dan obat terlarang. Menjawab kekhawatiran ini, Pemerintah Kota Bandung tak lagi hanya mengimbau mereka turun langsung ke lapangan. Mulai pekan depan, razia rutin bakal digelar setiap minggu. Targetnya jelas, titik-titik rawan yang diduga menjadi sarang peredaran miras dan obat-obatan terlarang.
Langkah tegas ini disampaikan langsung oleh Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, yang menilai pendekatan menunggu kejadian sudah tak relevan lagi untuk menghadapi ancaman yang sifatnya merusak generasi.
“Kami akan mengadakan razia secara berkala. Ini bukan hanya soal menindak miras dan obat terlarang, tetapi juga tentang keberpihakan kami terhadap masa depan anak-anak Bandung,” tegas Erwin, Kamis (29/5/2025).
Tak sekadar wacana, Erwin menyebutkan tim gabungan yang terdiri dari Satpol PP, kepolisian, serta instansi terkait sudah melakukan pemetaan intensif terhadap wilayah-wilayah yang selama ini dikenal publik sebagai titik rawan. Meski ada lokasi yang tampak sepi atau tidak menunjukkan aktivitas mencurigakan, namun fakta di lapangan berbicara lain, botol miras kosong yang ditemukan berserakan, terutama seusai akhir pekan, menjadi bukti kuat praktik ilegal itu masih eksis secara sembunyi-sembunyi.
“Kita jangan tertipu oleh situasi yang tampak tenang. Ketika jalanan penuh botol kosong, itu tanda ada peredaran miras yang tak kasat mata. Ini masalah serius,” ungkapnya.
Yang membuat miras dan obat terlarang menjadi masalah krusial adalah dampak jangka panjang yang ditimbulkannya. Erwin mengungkapkan banyak kasus kriminal yang terjadi di Bandung memiliki akar pada konsumsi alkohol dan zat adiktif lainnya. Maka dari itu, Pemkot memilih pendekatan preventif dengan menggelar razia rutin, bukan hanya sebagai langkah hukum tetapi juga bentuk tanggung jawab moral terhadap warganya.
“Kami tidak ingin masyarakat merasa tenang-tenang saja padahal ancaman ada di sekitar. Lebih baik mencegah daripada menyesal,” tambahnya.
Selain tindakan langsung, Erwin juga mendorong peran aktif seluruh elemen masyarakat dari RT/RW, tokoh agama, tokoh pemuda, hingga orang tua di rumah. Menurutnya, keamanan dan ketertiban bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, melainkan hasil kerja kolektif semua pihak yang peduli terhadap masa depan Bandung.
“Ini adalah gerakan bersama. Bukan soal menangkap siapa yang salah, tapi membangun sistem yang membuat anak-anak kita merasa aman dan jauh dari godaan,” jelasnya.
Pemerintah Kota Bandung kini tengah mengukir babak baru dalam tata kelola kota. Jika sebelumnya keamanan hanya dikaitkan dengan patroli atau penertiban lalu lintas, kini kehadiran razia pekanan juga menjadi simbol dari komitmen moral, membangun kota yang aman secara sosial dan bersih dari pengaruh buruk yang bisa merusak generasi penerus.
“Razia ini bukan sekadar simbol hukum, tapi juga komitmen sosial. Kami ingin Bandung tak hanya indah secara fisik, tapi juga sehat secara moral,” pungkas Erwin.(dsn)